Harta Karun Datuk

By Sylvana Toemon, Jumat, 6 April 2018 | 10:00 WIB
Harta karun Datuk (Sylvana Toemon)

Runi, Rudi, Bayu, dan Amir segera mengambil roti bakar yang berwarna keemasan. Hanya ada setangkup roti yang gosong. Roti gosong itu hampir semuanya berwarna hitam. Tentu saja tidak ada anak yang mau mengambil roti itu.

Don’t judge a book by its cover, artinya jangan mengira roti gosong tidak ada artinya,” kata Datuk lagi.

Sementara Runi asyik mengunyah makanannya, ketiga anak laki-laki itu saling berpandangan. Peribahasa berbahasa Inggris itu artinya bukan itu walaupun agak mirip.

“Aha! Aku tahu,” pekik Bayu.

Tangannya segera menyambar roti gosong itu. Dari dalam setangkup roti gosong itu Bayu mengeluarkan sebuah anak kunci. Anak kunci itu besar dan berat.

“Itu kunci perpustakaan,” kata Rudi lantang.

Rudi segera mengambil kunci itu dari tangan Bayu. Ketiga anak itu menjadi penuh semangat. Mereka sudah bersiap-siap meninggalkan ruang makan ketika terdengar suara bernada tinggi.

“Mau ke mana kalian? Habiskan dulu makanannya,” tegur Bu Dini tegas. Ia memang mengajarkan anak-anaknya untuk menghabiskan makanan yang diambil.

Keempat anak itu tetap duduk di tempatnya sambil mengunyah roti bakar. Mereka sudah tidak sabar untuk menghabiskannya. Sementara itu, Datuk sudah lebih dulu meninggalkan ruang makan.

“Ayo kita ke perpustakaan,” ajak Amir yang sudah tak sabar.

Rudi segera memasukkan anak kunci ke lubang kunci. Kreeek… Pintu besar itu terbuka.

“Selamat datang di gudang harta karun,” sambut Datuk.

“Lo? Kok, Datuk ada di dalam? Bagaimana masuknya?” tanya Bayu.

“Datuk juga punya kunci,” kata Datuk sambil menunjukkan kuncinya.

“Datuk, mana harta karunnya?” tanya Runi.

“Buku-buku inilah harta karunnya. Ada banyak pengetahuan berharga di dalam buku-buku ini. Nah, ini ada hadiah untuk kalian. Ambillah,” kata Datuk sambil menyerahkan buku ke Bayu dan Amir.

“Buat kami mana?” tanya Rudi dan Runi serempak.

“Perpustakaan Datuk adalah perpustakaan kalian juga. Kalau kalian mau baca buku, tinggal datang ke sini,” jawab Datuk.

Ternyata harta karun Datuk adalah buku-bukunya. Memang benar yang Datuk katakan, ada banyak pengetahuan berharga dalam buku-buku di perpustakaan itu. Lalu Datuk bercerita bagaimana ia mengumpulkan buku-buku yang menjadi koleksinya. Keempat detektif cilik itu mendengarkan dengan asyik sampai terdengar teriakan Bu Dini yang mengingatkan mereka untuk mandi.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.