Rotan biasanya digunakan sebagai bahan mebel, seperti kursi, meja, dan lain-lain. Namun, di Tapanuli, ada tradisi unik ketika tiba Ramadhan, yaitu menikmati rotan.
Namanya pakkat
Ternyata yang dimakan bukanlah rotan yang keras yang sudah tua. Yang dimakan adalah bagian rotan yang masih muda yang disebut “pakkat”. Pakkat bisa dikonsumsi sebagai lalapan untuk melengkapi nasi dan lauk pauk lainnya.
Di daerah asalnya Tapanuli Selatan, selain dijadikan makanan pembuka saat berbuka puasa, pakkat merupakan makanan yang disantap pada upacara-upacara adat.
Membuat pakkat
Cara pengolahan pakkat tidaklah sulit. Pucuk rotan berukuran sekitar satu meter ini terlebih dahulu dipanggang di atas bara api batok kelapa atau arang yang dibakar. Perlu waktu sekitar 15 menit sampai pucuk rotan melembek. Kemudian, kulitnya dikupas dengan pisau, dagingnya berwarna putih itulah yang dinikmati.
Selain bisa disantap langsung sebagai lalapan, pakkat dapat dimakan dengan anyang atau bumbu khas mandailing atau digulai.
Sedikit pahit
Rasa pakkat yang agak pahit lidah ternyata yang membuat orang ketagihan menikmatinya. Apalagi jika dinikmati bersama cabai, bawang, dan jeruk nipis yang digiling, hmmmm… rasanya akan semakin sedap.
Jika ingin menikmati pakkat bisa datang ke seputaran jalan Sisingamangaraja, simpang jalan Selamat, dan di jalan Letda Sujono, Medan.