Biasanya layang-layang terbuat dari kertas minyak. Namun, layang-layang yang ini terbuat dari daun! Bisa terbang, enggak ya?
Jawabannya, pasti, dong, layang-layang ini bisa terbang! Layang-layang daun ini adalah layang-layang tradisional suku Muna di Sulawesi Tenggara. Layang-layang ini disebut kaghati kolope. Kolope adalah nama daun yang digunakan untuk pembuatan layang-layang ini. Kalope ini sejenis daun ubi hutan.
Layang-Layang 4000 Tahun
Seni membuat layang-layang daun ini diperkirakan sudah ada sejak zaman dahulu kala. Soalnya di dinding Gua Sugi Patani, Desa Liangkobori, Sulawesi Tenggara ditemukan gambar seseorang bermain layang-layang. Gambar itu diperkirakan berusia 4000 tahun! Woooww...!
100% Bahan Alami
Layang-layang kaghati kolope ini seluruhnya terbuat dari bahan alami. Selain badan yang terbuat dari daun kolope, talinya terbuat dari serat nanas hutan, bilah bambu penyangganya juga terdiri dari bambu yang diruncingkan. Menarik sekali!
Yang menarik juga, daun-daun kelope yang kecil-kecil itu harus dijahit sambung-menyambung dengan semacam lidi sampai membentuk layang-layang besar.
Bayangkan pintarnya orang zaman dulu. Membuat layang-layang yang bisa melayang di angkasa, kan, butuh ketelitian. Semuanya harus seimbang, antara berat dan ukuran badan layangan dengan berat dan ukuran bilah.
Dari Alat Upacara Sampai Alat Rekreasi
Dulu, orang Suku Muna percaya kalau layang-layang yang diterbangkan itu bisa melindungi mereka dari api neraka setelah mereka meninggal. Sekarang, layang-layang daun kelope ini tetap dibuat dan diterbangkan pada saat upacara panen. Selain itu, layang-layang juga dimainkan untuk rekreasi.
Layang-layang daun kolope ini sudah terkenal sampai ke luar negeri. Di festival-festival layang-layang internasional, layang-layang ini sangat menarik perhatian. Kalau kamu mau melihatnya, enggak usah jauh-jauh ke Sulawesi, cukup ke Museum Layang-Layang, Pondok Labu saja ^_^
Teks: Dikha, Ilustrasi: Ode