Di kota Venice, Italia, hiduplah seorang anak laki-laki bernama Marco. Ia hidup bersama dengan kedua orang tuanya. Hidup mereka sangat miskin, tetapi Marco adalah anak yang sangat rajin. Ayahnya adalah seorang pengayuh gondola yang memiliki sebuah gondola tua. Setiap hari Marco membantu ayahnya mengayuh gondola.
Suatu hari, Marco duduk di dermaga ayahnya sambil memainkan kakinya di air. Saat itu, sebuah gondola yang sangat indah melintas di depannya. Gondola itu berwarna hitam legam, licin dan berkilauan. Garis-garis berwarna emas semakin memperindah gondola tersebut. Sang pengayuh mengenakan celana sutra dan jaket dengan sulaman yang indah, juga mengenakan topi lebar yang melindunginya dari sinar matahari.
"Pasti gondola itu milik orang yang sangat kaya." pikir Marco.
Marco masih mengagumi gondola itu, saat dilihatnya seorang anak laki-laki di dalam gondola itu. Ia duduk di atas tumpukan bantal empuk dan nyaman. Anak itu mengenakan pakaian berwarna biru yang terbuat dari sutra halus dan mahal.
Anak itu juga melihat Marco yang berpakaian compang-camping. Ia berdiri dan mulai menertawakan penampilan Marco. Marco merasa malu, dan beranjak pergi. Namun saat ia berbalik dan melangkah pulang, terdengar suara teriakan dan deburan air. Ternyata anak laki-laki itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari gondolanya. Pengayuh gondola menjadi panik sehingga ia menjatuhkan dayung dan menyebabkan gondola itu hanyut.
Marco tidak dapat menahan dirinya untuk tidak tertawa. Namun dengan sigap ia segera terjun ke dalam air dan menarik anak itu ke dermaga. Kini, pakaian anak itu tidak seindah tadi. Pakaian sutranya tertutup lumpur, dan ia terlihat sangat kotor. Bahkan wajahnyapun terkena lumpur.
"Wah, sepertinya sekarang penampilan kita tidak terlalu berbeda, ya?" ujar Marco sambil tersenyum.
Merekapun berkenalan, dan Marco mengajak itu ke rumahnya. Anak itu bernama Luigi. Ibu Marco mengeringkan pakaian Luigi dan memberinya sup hangat. Sebelum pulang, Luigi berkata,
"Terima kasih telah menyelamatkanku, Marco. Ayahku pasti akan membalas kebaikanmu."
Keesokan harinya, gondola yang sama mendatangi dermaga ayah Marco. Gondola itu membawa Luigi dan ayahnya, seorang saudagar kaya di kota Venice. Mereka membawa pakaian-pakaian baru untuk Marco dan orang tuanya. Dan yang paling istimewa, sebuah gondola baru yang indah untuk ayah Marco.
"Aku mengucapkan banyak terima kasih, kau telah menolong anakku," ucap ayah Luigi. "Dan..." bisiknya ke telinga Marco, "Sepertinya lumpur telah mengajarkan anakku untuk tidak menertawakan orang lagi."
Marco berusaha menyembunyikan tawanya mendengar bisikan ayah Luigi.