Hilangnya Tongkat Ratu Victoria

By Sylvana Toemon, Sabtu, 7 April 2018 | 10:00 WIB
Hilangnya tongkat Ratu Victoria (Sylvana Toemon)

“Tentu saja boleh untuk para detektif,” jawab Bu Guru.

Rudi, Bayu, dan Amir segera mengeluarkan kaca pembesar mereka untuk meneliti tempat-tempat tersembunyi. Mereka melakukan pemeriksaan dengan teliti, namun penggaris itu tetap tak ditemukan.

“Ah, biar saja penggarisnya hilang. Yang penting aku punya banyak teman yang peduli seperti kalian,” kata Vicky.

Waktu terus berjalan, tibalah waktunya untuk pulang sekolah. Dalam hati, Vicky masih berharap untuk dapat menemukan penggarisnya. Demikian pula Rudi, Bayu, dan Amir. Ketiga anak penggemar cerita detektif itu ingin membuktikan bahwa mereka juga bisa menjadi detektif. Ketiga anak itu masih mencari-cari di sekitar kelas.        

CLING! Terlihat kilau keemasan di selembar daun. Kilau itu mengagetkan Runi.

“Hei, para detektif. Lihat, ada kilau keemasan di daun itu,” ujar Runi sambil menunjuk ke daun.

Rudi, Amir, dan bayu berebutan meneliti daun yang ditunjuk Runi. Mereka bertubrukan sampai-sampai Rudi hampir jatuh ke selokan. Rudi memasang kuda-kuda kakinya sehingga ia tidak terjerembap ke dalam selokan kecil. Hidungnya hampir saja menyentuh air selokan yang agak keruh itu. Saat itulah Rudi melihat kilau keemasan di dasar selokan.

“Inilah tongkat Ratu Victoria!” teriak Rudi sambil mengangkat penggaris berwarna keemasan itu.

Rudi menduga penggaris itu terlalu panjang saat dimasukkan ke dalam tas Vicky. Bagian atasnya keluar dari dalam tas. Tanpa sengaja tersangkut di pohon kemudian terjatuh di selokan. Warnanya yang bening keemasan tidak terlihat di dalam air hujan yang keruh. Untung saja Rudi melihatnya. Rudi mengangkat penggaris itu tinggi-tinggi supaya semua anak dapat melihatnya. Anak-anak bersorak gembira. Rudi segera memberikan penggaris itu kepada pemiliknya, Vicky. Tak disangka, Vicky tidak mau menerimanya.

“Biar saja penggaris ini menjadi milik kita bersama,” ucap Vicky.

“Horeee!” sorak anak-anak gembira.

Sekarang, penggaris itu menjadi milik bersama. Siapa saja boleh menggunakannya, baik sebagai alat tulis maupun sebagai “tongkat kerajaan”.

Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.