Anak-anak kelinci berlibur ke rumah Nenek. “Oh, kepalaku sakit,” keluh Nenek tiba-tiba. Anak-anak memandang Nenek dengan sedih. “Istirahatlah, Nek, anak-anak biar menginap di rumahku,” kata Bibi Titi Teliti.
“Rasanya ini bukan ide bagus,” bisik Coreng pada Kutu Buku. “Coreeeng! Rapikan crayonmu!” Bibi Titi Teliti mulai ribut. “Aduh, Upik! Jangan menaruh bebek sembarangan! Lobi Lobi! Jangan kebanyakan makan selai!”
Anak-anak mulai tidak betah. “Nek, kami ingin ke rumah Nenek,” kata Upik. “Tapi, kepalaku masih sakit,” jawab Nenek di ujung telepon. Bibi Titi Teliti yang mendengar percakapan itu jadi sedih. “Mungkin aku terlalu galak,” pikirnya.
Tiba-tiba Bibi punya ide. “Anak-anak, bergembiralah! Aku punya hadiah tersembunyi untuk anak-anak yang rajin dan teliti.” Wah, anak-anak mulai tertarik. Hadiah apa ya, yang disembunyikan Bibi Titi Teliti?
“Tut Tut, berapa kali kukatakan, simpan mainan keretamu di kotak mainan!” seru Bibi. Sambil cemberut, Tut Tut menurut. Hei, ada apa di kotak mainan?! “Wah, ini kereta model terbaru!” seru Tut Tut kegirangan.
“Simpuuul! Lama-lama tali sepatumu bisa putus kalau kamu mainkan terus. Ayo, kembalikan ke rak sepatu!” perintah Bibi Titi Teliti. Dengan malas, Simpul menaruh sepatunya. “Oh, tali-tali sepatu yang cantik!” sorak Simpul.
Anak-anak jadi bersemangat merapikan barang-barang mereka. Selalu ada hadiah-hadiah kecil ketika mereka selesai merapikan mainan. Dua hari kemudian, Nenek datang menjemput anak-anak. “Tapi, kami belum ingin pulang, Nek!” cerita Upik. “Kami senang di sini.” Olala, Nenek bingung. “Bukankah kemarin mereka bersedih?” Hihi... Bibi Titi Teliti mengedipkan sebelah matanya pada anak-anak.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero, Ilustrasi: Rudi