5 Kisah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang Jarang Diceritakan di Sekolah

By Sigit Wahyu, Kamis, 17 Agustus 2017 | 06:30 WIB
Dengan mikrofon pinjaman, proklamasi pun dikumandangkan. (Sigit Wahyu)

Banyak kisah menarik sekitar proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 yang jarang atau bahkan tidak pernah diceritakan oleh guru di sekolah. Kisah-kisah itu dapat kita baca di bawah ini.

1. Rancangan Teks Proklamasi

Selesai menulis teks proklamasi dengan pena pada 17 Agustus 1945 dini hari sekitar jam 04.00 WIB, Bung Karno memberikan kertas itu kepada Sayuti Melik untuk diketik. Sayuti Melik adalah seorang wartawan yang dekat dengan Bung Karno. Usai mengetik, Sayuti Melik meremas dan membuang naskah proklamasi tulisan tangan tersebut ke keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda.

Untunglah BM Diah menemukan naskah proklamasi tulisan tangan Bung Karno dan menyimpannya. Selama 49 tahun, BM Diah menyimpan naskah asli proklamasi itu, sebelum akhirnya diserahkan kepada pemerintah pada tanggal 29 Mei 1992.

2. Mesin Tik Milik NAZI Jerman

Di rumah kediaman Laksamana Maeda, hanya ada mesin tik berhuruf kanji (huruf Jepang). Untuk mengetik naskah proklamasi dengan huruf latin, diutuslah Myoshi, ajudan Laksamana Maeda untuk meminjam mesin tik milik Mayor Dr. Kandeler, komandan Angkatan Laut Nazi (Kriegmarine) Jerman. Pasukan NAZI itu datang ke Teluk Jakarta dengan kapal selam karena terdesak dari perang lautan Eropa.  

3. Mikrofon dan Pengeras Suara Pinjaman

Untuk menyiapkan upacara Mr. Wilopo dan Nyonopranowo pergi ke rumah Goenawan untuk meminjam mikrofon dan pengeras suara. Goenawan adalah pemilik Toko Radio Satria yang beralamat di Jalan Salemba Tengah 24 Jakarta.

4. Tiang Bambu dan Bendera Seadanya

Persiapan detik-detik proklamasi dilaksanakan dengan terburu-buru. Suhud yang mendapat tugas menyiapkan tali di tiang bendera. Dia tidak ingat kalau di depan rumah Bung Karno, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, masih ada dua tiang besi yang tidak digunakan. Suhud malah mengambil batang bambu di belakang rumah untuk dijadikan tiang bendera. Bendera Pusaka Merah Putih yang dibuat oleh Ibu Fatmawati ukurannya juga tidak standar seperti sekarang. Meskipun proklamasi dilaksanakan dengan seadanya dan sederhana, namun dilaksanakan dengan khidmat.

5. Rumah Proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta

Proklamasi Kemerdekaan RI dilaksanakan di depan rumah Bung Karno, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Rumah tersebut dibeli dari Baron van Asbeck pada Juli 1942.  Setelah digunakan sebagai lokasi proklamasi kemerdekaan, rumah tersebut dikosongkan. Pada 1 Januari 1961, rumah itu dibongkar karena akan dibanghun Tugu Proklamasi.