Bobo dan kedua adiknya, Coreng dan Upik sedang bermain-main di kamar tamu. Tiba-tiba Emak masuk. “Ayo, simpan mainan kalian! Sebentar lagi Bapak pulang! Kalau tidak nanti Bapak marah melihat mainan kalian berantakan!” seru Emak.
Bapak kelinci sama seperti Bapak yang lain. Marah kalau melihat mainan berantakan di sana sini. “Kita harus menyimpan mainan ini di dalam sebuah dus besar,” kata Bobo. “Kebetulan aku punya!” sahut Coreng. Lalu mengeluarkan dusnya. “Bagus!” seru Bobo. “Ayo masukkan!”
“Nah, mudah sekali, bukan?” kata Bobo. “Kita simpan dus ini di dalam lemari mainan.” “Tentu Emak gembira melihat kamar tamu ini rapi,” seru Upik. Tak lama kemudian, semua mainan pun sudah dimasukkan ke dalam dus.
Tetapi ketika Bobo mengangkat dus itu, berjatuhanlah semua mainan yang ada di dalamnya! “Ya, ampun! Mengapa tak kau beritahukan dus ini tidak ada alasnya, Coreng?” tanya Bobo. “Ya, aku juga tidak tahu,” sahut Coreng. “Lalu bagaimana sekarang, Bo?” tanya Upik.
“Terpaksa kita harus memasukkannya ke dalam lemari,” jawab Bobo, “karena kamar ini harus tampak rapi kalau Bapak pulang!”
Maka sibuklah anak-anak kelinci itu membenahi mainan mereka! Tetapi apa yang dilakukan Upik? Ia tidak dapat memasukkan boneka pernya ke dalam dus! Kepala boneka itu mencuat ke atas setiap kali ditekan!
Ketika Bapak pulang, kamar tamu sudah rapi. “Wah, rapi benar kamar ini,” ujar Bapak. “Akh, aku mau istirahat di kursi ini!” Upik terkejut sekali ketika mendengar perkataan Bapak!
Bapak duduk di kursi. Tetapi… PIINGG! Boneka Upik muncul dari balik bantal yang disandari Bapak! Oh, itulah sebabnya mengapa Upik tampak terkejut ketika mendengar Bapak hendak duduk di kursi!
“Nakal benar kau, Upik!” omel Emak. “Habis kepala boneka itu selalu mencuat ke atas setiap kali kutekan. Karena tidak ada waktu lagi, maka cepat-cepat saja kusimpan di balik bantal kursi!” Emak, Bapak, Coreng dan Bobo tertawa geli mendengar perkataan Upik!.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi