“Ada anak laki-laki baru datang di rumah Paman Gembul. Anaknya aneh. Siapa dia, ya?” lapor Coreng pada kedua saudaranya. Anak-anak menyerbu rumah Paman Gembul. Tiba-tiba, Bobo berseru, “Hei, itu kan Cira! Ciraaa!”
Anak itu menoleh. Coreng terkejut. “Lo, kok perempuan?” Bobo tertawa. “Hihi, Cira anak perempuan, tapi gayanya memang tomboi, seperti laki-laki. Dia itu keponakan Paman Gembul yang tinggal di Kota Tapapika,” jelasnya.
Anak-anak bermain bersama Cira. Sambil bermain, dia makan roti. Lalu, wafer cokelat di meja. “Kok makan terus, sih? Nanti sakit perut, lo!” komentar Upik. “Biarin. Aku kan hobi makan,” jawab Cira sambil menggigit apelnya.
“Aku lapar. Makan kue dulu, ah!” kata Paman Gembul sambil membuka kulkas. Paman Gembul terkejut. Semua makanan yang dia simpan tiba-tiba lenyap tak berbekas. “Jangan-jangan, aku lupa kalau telah memakannya.”
Paman Gembul berbelanja makanan lagi dan menaruh semuanya ke dalam kulkas. Cira mengendap-endap ke dapur. Matanya terbelalak gembira melihat persediaan makanan melimpah di dalam kulkas. “Wow, pesta!” serunya.
Waktu Paman Gembul membuka kulkas lagi, isi kulkas tinggal setengahnya. “Ya ampun, ke mana makanan yang kubeli tadi pagi?” seru Paman Gembul heran. Cira diam saja, pura-pura tak medengar seruan Paman Gembul. “Daripada aku kehabisan makanan lagi, lebih baik kuhabiskan saja semua,” kata Paman Gembul sambil melahap semua makanan satu persatu sampai isi kulkas habis lagi. “Aaah, kenyaaang!”
“Aduuuh...,” rintih Cira sambil pegang perut. “Laporkan Paman Gembul!” seru Coreng. Tapi, apa yang terjadi? Paman Gembul juga memegangi perutnya sambil merintih. Olala, paman dan keponakan sama saja. Habis, rakus, sih!
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi