“Mak, aku jadi ketua kelas,” cerita Bobo. “Hebat!” komentar Emak. “Apa susahnya jadi ketua kelas? Aku juga bisa!” seru Coreng. “Jadi ketua kelas enggak mudah, lo! Kamu harus bisa mengatur teman-temanmu,” kata Emak.
Hari ini kelas Coreng juga mengadakan pemilihan ketua kelas. “Pasti aku yang akan terpilih,” batin Coreng. Tapi, ternyata Peppi yang terpilih jadi ketua kelas. Coreng jadi wakilnya. Coreng kecewa.
Pulang sekolah, Bobo asyik bercerita pada Emak. “Mak, tadi kelasku menang lomba kebersihan.” Emak mengacungkan jempolnya. “Siapa dulu dong, ketua kelasnya!” seru Bobo. “Ah, itu sih keciiil,” komentar Coreng.
“Kalau aku jadi ketua kelas, pasti kelasku yang terhebat,” gumam Coreng sambil berjalan ke sekolah. Sampai di sekolah, Pak Guru mengumumkan, “Hari ini Peppi tidak masuk. Coreng, gantikan Peppi menjadi ketua kelas, ya!”
Coreng senang. Sekarang, dia bisa mengatur teman-temannya. “Hei, dengarkan kata Bu Guru, dong!” bisik Coreng pada kedua temannya yang asyik mengobrol. Tapi, mereka cuma melirik sekilas dan melanjutkan obrolan. Waktu istirahat, anak-anak ribut. Wah, ada yang berkelahi! “Hei, berhenti dong!” Coreng berusaha melerai mereka. Tapi, tidak ada yang mau mendengar teriakan Coreng. Untung Pak Guru segera datang dan melerai.
“Kok kelas kotor sekali? Spidol untuk menulis juga enggak ada!” seru Pak Guru. “Coreng! Ternyata hari ini kamu belum bisa jadi ketua kelas yang baik.” Coreng hanya menunduk ditegur Pak Guru.
Coreng lega ketika semua berlalu. “Ternyata, jadi ketua kelas itu berat,” kata Coreng. “Bobo hebat, bisa jadi ketua kelas yang baik.” Ini baru sehari jadi ketua kelas, gimana kalau setahun? Ah, Coreng tidak berani membayangkannya...
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi