Alangkah senangnya Emak ketika melihat Nenek datang. Cepat-cepat, Emak menyuguhkan teh dan kue-kue. Tiba-tiba Kutu Buku masuk dengan muka cemberut. “Lo, kenapa cemberut, Kutu Buku?” tanya Nenek. “Huh, kesal! Tidak ada yang mau membacakan cerita!”
“Kenapa tidak minta tolong pada Bobo?” tanya Emak. “Sudah! Tapi Bobo mau main sepak bola!” Kutu Buku cemberut terus dan marah-marah. “Kalau begitu minta tolong sama Coreng, ya?” bujuk Emak. “Ah, Coreng sedang menggambar!” Tapi kemudian Bobo masuk.
“Kutu Buku… ehm, Nenek saja yang membacakan cerita, ya?” bujuk Bobo. Bobo tahu, Kutu Buku sedang marah. “Ya, ya, mari Nenek bacakan,” sahut Nenek. “Tapi mukanya jangan cemberut terus.” “Nah, ini minum teh dulu,” kata Emak. “Bo, tolong ambilkan bukunya, ya!”
Bobo pergi ke kamarnya, hendak mengambil buku cerita. Tapi, ya ampun! Di sana tampak Coreng sedang mencoreng-moreng buku cerita Kutu Buku! “Aduh, aduh, mengapa kamu coreng-moreng? Ini kan buku milik Kutu Buku,” ujar Bobo.
“Ya, aku juga tahu ini milik Kutu Buku,” jawab Coreng, perlahan. “Tapi aku lagi ingin menggambar. Sayangnya aku tidak punya kertas gambar.” “Mengapa kau tidak minta padaku?” omel Bobo. “Ayo, sekarang hapus semua coreng-moreng ini! Mari kubantu!”
Bobo dan Coreng pun sibuk menghapus coreng-moreng yang dibuat Coreng. Untunglah coreng-moreng itu mudah dihapus. Tiba-tiba, Coreng tertawa geli sambil berkata, “Menghapus juga mengasyikkan seperti menggambar, ya, Bo?” Bobo tertawa mendengarnya.
Setelah semua coreng-moreng dihapus, Bobo dan Coreng membawa buku itu ke tempat Nenek. “Lama ya, Kutu Buku? Habis buku ini susah dicari, sih,” kata Bobo mencari alasan. Bobo tidak ingin Kutu Buku tahu kalau tadi bukunya dicoreng-moreng oleh Coreng.
Nenek memilih cerita yang bagus, sementara Bobo mengambil kertas gambar untuk Coreng. Tak lama kemudian, tampak Coreng asyik menggambar. Setelah minum secangkir teh, Bobo berkata, “Nah, sekarang tidak ada yang ngambek lagi. Aku ingin main sepak bola!”
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi