Dulu, kalau orang memerlukan api, orang itu harus menggosok-gosokkan batu api pada bebatuan. Perlu banyak tenaga dan waktu lama agar gesekan bebatuan itu menghasilkan api. Repot, ya! Ya, karena waktu itu belum ada korek api.
Sekarang kita tinggal menggoreskan pentolan di ujung batang kayu kecil pada kotak korek api. Atau menekan tombol pemantik api. Crek! Maka api akan keluar.
Katanya, korek api itu ditemukan oleh Robert Boyle pada tahun 1681. Robert Boyle adalah seorang ahli kimia. Ia menemukan fosfor yang bisa menangkap api pada suhu rendah. Robert Boyle lalu membuat percobaan. Ia melapisi kertas dengan fosfor dan mencelupkan kayu ke dalam sulfur. Kemudian ia menggoreskan kayu itu ke dalam kertas berlapis fosfor. Kress! Dan muncullah api.
Wah, itu penemuan yang luar biasa. Tapi sayang penemuan itu berhenti sampai di situ. Robert Boyle tidak mengembangkannya lagi.
Pada tahun 1826, tanpa sengaja John Walker menemukan korek api. Ia juga seorang ahli kimia. Ceritanya, pada suatu hari John Walker mengaduk antimony sulfide, potassium chlorate, getah pohon, dan kanji dengan kayu. Sebagian bahan itu menempel di kayu pengaduk. John Walker mencoba melepaskannya dengan cara menggosokkan ke lantai batu. Tak disangka, tak diduga, ujung kayu itu menyala. Itulah awal ditemukannya korek api.
John Walker yang berjiwa bisnis, lalu memproduksi korek api dan menjualnya. John Walker memberinya nama Friction Lights.
Awalnya korek api itu berukuran besar. Kemudian beberapa tokoh dari berbagai negara ikut menyempurnakanyan hingga bentuknya jadi kecil seperti sekarang ini.
Korek Api Gas
Korek api makin lama makin berkembang. Kini ada korek api gas. Korek api gas adalah korek api yang menggunakan gas cair. Untuk memunculkan apinya, digesekkan batu api dengan permukaan yang kasar. Percikan api yang dihasilkan akan menyulut gas hingga api menyala.
Pengeluaran gas diatur sedemikian rupa, sehingga tidak membahayakan penggunanya.