Festival Hana Matsuri

By Marisa Febrilian, Jumat, 22 September 2017 | 04:34 WIB
Festival Hana Matsuri berlangsung saat musim semi tiba (Marisa Febrilian)

Banyak bunga bermekaran, warna-warninya menghiasi setiap sudut kuil Buddha di Jepang. Yap! Itulah festival bunga. Namanya Hana Matsuri. Kita terlusuri yuk!

Kelahiran Putra Mahkota

Festival Hana Matsuri adalah tradisi memperingati kelahiran Buddha, yakni kelahiran Pangeran Siddartha Gautama. Ia adalalah putera mahkota dari Raja Suddohana dan Ratu Maya. Menurut legenda, Pangeran Siddartha lahir pada 8 April 566 SM di Taman Lumbini, Nepal. Kata “hana” sendiri, atau “o-hana”, berarti bunga. Sedangkan “Matsuri” aritnya adalah festival. Jadi Hana Matsuri adalah festival bunga.

Tradisi Kanbutsu-e

Dalam festival Hana Matsuri ada tradisi Kanbutsu-e. Ini adalah tradisi yang dibawa dari negeri Tiongkok. Festival ini pertama kali diselenggarakan pada tahun 606 di Nara, Jepang. Setiap perayaan Hana Matsuri, tradisi Kanbutsu-e selalu diadakan di setiap kuil. Orang Jepang akan menuangkan ama-cha (sejenis teh) atau hydragea tea di atas patung bayi Buddha yang dihiasi dengan bunga-bunga, seolah-olah seperti sedang memandikan bayi yang baru lahir. Patung Buddha kecil itu berada di dalam sebuah tempat bernama Tanjobustu. O iya, tempat itu dihiasi dengan bunga beraneka warna.

Pakai Kimono

Saat festival Hana Matsuri berlangsung, orang-orang yang datang mengunjungi kuil harus mengenakan kimono. Eits, tidak ketinggalan anak-anak juga mengenakan kimono. Biasanya, anak perempuan mengenakan kimono dengan warna-warna yang cerah, sedangkan anak laki-laki biasanya mengenakan kimono dengan warna yang lebih gelap. Nah saat dalam perjalanan menuju kuil, biasanya anak-anak berjalan sambil berbaris dan juga menyanyi bersama. Wah seru, ya!

Festival Hanna Matsuri ini merupakan festival di musim semi. Hayo siapa yang mau datang ke festival ini?