Sebesar apakah buah erbis, sampai disebut raksasa? Yuk, kita berekenalan dengan pohon erbis!
Pohonnya
Pohon erbis secara ilmiah disebut Passiflora guadrangularis. Sebagai anggota keluarga passiflora, erbis masih sekeluarga dengan markisa. Pohon erbis termasuk tanaman semak. Hidupnya merambat. Karenanya tanaman ini memiliki batang yang kecil, panjang, dan tidak kaku. Berbeda dari bentuk batang tanaman pada umumnya, pohon erbis batangnya segi empat. Di batang ini, selain ada daun dan bunga, juga tumbuh sulur berbentuk spiral.
Buahnya
Buah erbis berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 20cm. Diameternya sekitar 15 cm, sedangkan beratnya 3-5 kg. Kira-kira sebesar buah pepaya bangkok. Hmm... Pantaslah kalau erbis disebut markisa raksasa.
Buah erbis berongga. Di dalam rongga itu ada banyak biji, sama seperti buah markisa pada umumnya.
Buah erbis yang sudah matang, harum baunya dan enak rasanya. Buah erbis jarang dimakan langsung. Biasanya daging buah erbis yang sudah dipotong-potong dicampur dengan sirup dan es, menjadi es buah.
Bunganya
Bunga erbis adalah bunga tunggal. Artinya, dalam satu tangkai hanya ada satu bunga. Bunganya besar berwana ungu. Terdiri dari banyak helai yang membentuk mangkuk. Bunga erbis adalah bunga berkelamin dua (Hermafrodit). Di dalam "mangkuk" itu ada putik dan benang sari.
Penyerbukan bisa terjadi dengan sendirinya, bisa juga dengan bantuan serangga. Namun, biasanya pohon erbis yang ditanam di rumah, penyerbukannya dibantu oleh tangan manusia. Biasanya dengan bantuan lidi atau benda lainnya, manusia menyentuhkan putik ke benang sari.
Mulai Langka
Dulu, kira-kira 30-40 tahun yang lalu, banyak orang menanam erbis. Selain buahnya enak dimakan, pohon erbis bisa untuk peneduh dan hiasan rumah. Orang biasanya membuat pergola di atas teras, tempat batang erbis merambat. Teras rumah jadi tertutup oleh hijaunya daun-daun erbis dengan bunga-bunga erbis yang berwarna ungu. Sementara buah-buah erbis bergelantungan. Benar-benar membuat rumah jadi cantik. Tapi itu dulu. Sekarang pohon erbis mulai langka, karena jarang orang menanam pohon erbis lagi.
Foto: Creative Commons