Debu vulkanik itu tajam dan bisa menyebabkan benda yang terbuat dari logam menjadi aus atau terkikis (termasuk pesawat). Meski begitu, ada saja pesawat yang tetap terbang di sekitar debu vulkanik. Berikut kisah pesawat yang melawan debu vulkanik.
1982
Pada tahun 1982, Gunung Galunggung di Tasikmalaya, Jawa Barat, meletus. Debu vulkanik yang disemburkan oleh Gunung Galunggung berhasil membuat Kota Tasikmalaya, Bandung, Bogor, hingga Jakarta gelap selama beberapa hari.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya 24 Juni 1982, pesawat British Airways B-747-236B melakukan penerbangan dengan rute London, Inggris – Auckland, Selandia Baru. Saat melewati Jakarta, mesin pesawat tiba-tiba mati. Lalu, kapten pilot dan co-pilot pun melakukan pendaratan darurat di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.
Kejadian itupun diselidiki oleh beberapa ahli. Ternyata, mesin pesawat sengaja dimatikan, karena ada kilatan api di depan kokpit dan mesin pesawat. Kilatan api itu disebabkan oleh debu vulkanik yang masuk ke dalam sistem pembakaran dan pembangkitan tenaga pesawat. Jika tidak dimatikan, debu vulkanik itu bisa membuat pesawat meledak di udara. Mengerikan, ya, Teman-teman.
1989
Pada 15 Desember 1989, Gunung Rodoubt di Alaska meletus. Sehari setelah gunung itu meletus, pesawat British Airways Boeing 747-400 KLM 867 melakukan penerbangan dengan rute Amsterdam, Belanda – Tokyo, Jepang. Tragisnya, pesawat ini jatuh di Alaska dan menewaskan belasan awak dan ratusan penumpang. Padahal, pesawat itu baru 6 bulan keluar dari pabriknya.
Itulah dua kisah pesawat yang melawan debu vulkanik. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran, sehingga tidak terulang di kemudian hari.
Sumber: tni-au.mil.id, Ilustrasi: Ode & Joko