Putri Luana sangat berterimakasih. Ia segera pergi mencari Pangeran Leon dengan membawa benda-benda pemberian Kakek Katak.
Beberapa waktu kemudian, Putri Luana tiba di gunung kaca yang sangat tinggi. Dia memasang jarum ajaib di sepatunya. Dengan jarum itu, ia jadi lebih cepat mendaki dan menuruni gunung kaca yang licin itu.
Setelah melewati gunung kaca, ia harus melewati deretan tiga pedang tajam. Putri Luana memakai sepatu ajaibnya sehingga bisa melompat di atas tiga pedang tajam.
Kini, ia sampai di rintangan terakhir. Ia harus menyeberangi sebuah danau besar. Ada sebuah perahu kecil tersedia di tepi danau. Putri Luana segera naik ke perahu itu, lalu mendayung perahu sampai ke seberang danau. Tubuhnya sangat kelelahan. Namun, saat melihat puri indah di dekat danau, ia kembali bersemangat. Itulah puri milik penyihir Betra.
Menurut Kakek Katak, penyihir Betra menemukan Pangeran Leon yang hilang ingatan di hutan. Ia lalu membawa Pangeran Leon ke purinya. Putri Luana merasa sangat bersalah karena telah berbicara lebih dari tiga kata. Kini, Pangeran Leon terkurung di puri itu.
Putri Luana lalu masuk ke puri itu, menyamar menjadi gadis yang mencari pekerjaan. Putri Luana diterima dan bekerja di dapur puri itu. Saat bekerja, Putri Luana mendengar cerita dari para pelayan penyihir Betra. Ternyata, Pangeran Leon dikurung di sebuah kamar. Putri Luana bertekad untuk membebaskan sang pangeran, namun ia tak tahu caranya.
Saat selesai mencuci piring di dapur, Putri Luana mengeringkan tangannya di bajunya. Tanpa sengaja, tangannya meraba tiga butir kacang di sakunya. Ah, Putri Luana baru teringat pada tiga kacang pemberian Kakek Katak.
“Kata Kakek Katak, kacang-kacang ini bisa menolongku. Tapi, bagaimana caranya?” pikir Putri Luana bingung sambil membuka kulit kacang pertama. Ajaib! Tiba-tiba muncul sehelai gaun sutera dari dalam kulit kacang itu. Ketika penyihir Betra melihatnya, ia sangat menginginkan gaun itu.
“Berikan gaun itu padaku. Akan kubeli dengan uang emas!” kata penyihir Betra.
“Gaun ini tidak kujual. Tapi, kau boleh memilikinya kalau aku diijinkan duduk di depan pintu kamar yang terkunci itu,” kata Putri Luana sambil menunjuk kamar tempat Pangeran Leon dikurung.
Penyihir Betra setuju. Maka gaun itu menjadi miliknya. Dan malamnya, Putri Luana duduk di depan pintu kamar Pangeran Leon. Ia berharap bisa memberitahu Pangeran Leon bahwa ia ada di puri itu. Namun Putri Luana tidak tahu kalau Betra telah memasukkan ramuan tidur di minuman Pangeran Leon. Malam itu, sang pangeran tertidur nyenyak. Ia samasekali tidak mendengar tangisan Putri Luana sepanjang malam di depan pintu.
“Pangeranku… Aku telah membebaskanmu dari tungku besi yang tertutup akar-akar menjalar. Aku telah mencarimu, mendaki gunung kaca, melompati pedang-pedang tajam, dan menyeberangi danau. Apakah kau bisa mengenal suaraku?”