Payung Juwiring, Mirip Payung Geulis

By willa widiana, Sabtu, 21 Oktober 2017 | 07:35 WIB
Pyung Juwiring dari Juwiring (willa widiana)

Juwiring adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Daerah ini terkenal dengan payung juwiringnya.

Payung Tradisional

Pada zaman dulu, payung juwiring digunakan untuk menangkal panas dan hujan. Namun, seiring berjalannya waktu, payung ini tak lagi digunakan untuk menangkal panas dan hujan. Payung juwiring lebih sering dijadikan sebagai hiasan atau alat bantu untuk anak yang belajar menari.

Selain digunakan oleh anak yang belajar menari, payung juwiring juga digunakan oleh orang keraton. Orang di Keraton Surakarta selalu menggunakan payung juwiring saat Upacara Suronan dan Muludan berlangsung. Para abdi dalem di Keraton Jogjakarta juga suka menggunakan payung juwiring untuk labuhan di Laut Kidul.

Bambu, bukan Besi

Rangka payung juwiring terbuat dari bambu, bukan besi. Kalau bagian atasnya terbuat dari kertas semen atau kain. Supaya kuat, pengrajin payung akan menyulam dan mengikat rangka bagian atas yang ditempeli kertas semen atau kain. Proses penyulaman dan pengikatan itu dilakukan dengan benang khusus, lo!

Setelah disulam dan diikat, bagian atas payung akan dicat dan dijemur di bawah sinar matahari. Setelah kering, bagian atas payung akan dilukis dengan motif-motif cantik. Namun, ada juga yang tidak diberi motif. Semua tergantung pada pesanan.

Baca Juga: Payung Masjid Nabawi Selalu Bersih

Mirip Payung Geulis

Payung juwiring mirip dengan payung geulis dari Tasikmalaya. Hanya saja, payung juwiring ada yang bertingkat tiga, sedangkan payung geulis jarang ada yang bertingkat. Bagian ujung payung juwiring ada yang melengkung (masuk ke dalam), sedangkan payung geulis tidak. O iya, payung geulis dari Tasikmalaya biasanya digunakan dalam acara pernikahan.

Foto: Dokumentasi Bobo dan Ricky Martin