Raja Vasil menjadi sangat marah. Ia memanggil pengawal dan menyuruh memenjarakan Mikita. Mikita hanya boleh diberi makan kulit roti kering dan segelas air. Putri Vasilisa, adik Raja Vasil, sebetulnya tidak setuju dengan perbuatan kakaknya. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa.
Beberapa waktu kemudian, Raja Vasil bersiap untuk berkunjung ke negeri yang sangat jauh. Jaraknya kira-kira duapuluh deretan gunung, duapuluh deretan hutan, dan duapuluh samudera.
Di negeri ini, tinggallah dua belas putri yang wajahnya sangat mirip. Tak ada seorangpun yang bisa membedakan mereka. Mereka memiliki rambut yang sama, suara yang sama, dan kecantikan luar biasa yang sama juga. Raja Vasil bermaksud melamar si puteri sulung dan menjadikannya permaisuri.
Perjalanan Raja Vasil memakan waktu cukup lama. Setahun, dua tahun, tiga tahun dan Sang Raja masih dalam perjalanannya. Tidak ada yang mendengar kabar darinya. Sementara itu, Mikita masih di dalam penjara, hanya diberi makan kulit roti kering dan segelas air. Akhirnya, adik Sang Raja, Puteri Vasilisa yang cantik, memanggil pengawal. “Cepat keluarkan Mikita dari penjara. Dia sudah terlalu lama dipenjara padahal dia bukan penjahat! Berikan padanya jubah baru yang indah. Lalu bawalah dia menghadap aku,” perintah Putri Vasilisa.
Tak lama kemudian, Mikita sudah menghadap Putri Vasilisa dengan jubah barunya.
“Mikita, katakanlah padaku, apa yang harus aku lakukan. Kakakku, Raja Vasil, tidak ada kabarnya sampai saat ini. Dia seolah-olah telah ditelan bumi. Aku tidak tahu harus berbuat apa...” tanya Putri Vasilisa saat Mikita sudah berada di depannya.
Mikita membungkuk sopan dan jawab, “Jika Puteri mengizinkan, saya akan meminjam seekor kuda, juga sebuah pedang dan senapan. Saya akan mencari Sang Raja.”
Putri Vasilisa setuju dengan usul Mikita, sebab ia sudah sangat putus asa. Mikita lalu memilih kuda, pedang, dan senapan untuknya.
Tak lama kemudian, Mikita sudah berkuda ke tempat yang sangat jauh. Ia tiba di padang rumput dan baru tahu kalau di situ terdapat sarang ular. Mikita sangat terkejut. Ia meminta kudanya untuk menginjak ular-ular itu dengan tapak kudanya. Tiba-tiba saja, Raja Ular bangkit menjulurkan kepalanya sampai tinggi. Ia berbicara pada Mikita dalam bahasa manusia,
“Tuan, kudamu sangat kuat dan gagah. Jangan suruh dia menginjak kami sampai mati. Kau tampak cukup bijak. Lebih baik, berikanlah kudamu yang gagah itu padaku. Sebagai ganti, aku akan memberikanmu sepatu bot ajaib.”
Mikita setuju, dan memberikan kudanya kepada Raja Ular. Ia kini mendapatkan sepatu bot ajaib. Dengan sepatu bot itu, ia bisa menempuh jarak seribu kilometer untuk setiap langkah kakinya. Itu sebabnya, dalam waktu singkat, ia sudah menempuh jarak sejauh duapuluh deretan gunung.
Di suatu tempat, Mikita melihat sebuah tunggul pohon yang sangat besar. Di dalamnya ada sarang lebah. Saat Mikita akan memotong tunggul itu dengan pedangnya dan mengambil madunya, keluarlah seekor yang besar dari itu. Ia berbicara dalam bahasa manusia,