“Jangan kau potong tunggul pohon ini dengan pedangmu. Akan lebih bijak jika kau berikan pedangmu itu. Sebagai gantinya, aku akan memberikanmu sebuah topi ajaib. Siapapun yang memakai topi ini menjadi tidak terlihat.”
Mikita pun menukarkan pedangnya dengan topi ajaib, lalu melanjutkan perjalanannya. Ia mampu menempuh tujuh ribu kilometer di setiap langkahnya. Dan dalam waktu singkat, ia berhasil melewati duapuluh deretan hutan.
Mikita kini tiba di tepi laut. Ia melihat dua belas bangau di tempat itu. Mikita mulai lapar dan berpikir ingin memanggang bangau-bangau itu untuk makan malamnya. Maka ia mengeluarkan senapannya dan bersiap menembaki bangau-bangau itu. Namun seekor bangau yang terbesar terbang mendekatinya sambil berseru dalam bahasa manusia.
“Jangan tembak kami, Mikita. Akan lebih bijaksana jika kau berikan senapanmu untukku. Sebagai gantinya, aku akan memberikanmu sebelas saudaraku. Kau akan semakin kuat,” kata si Bangau Besar.
Mikita segera memberikan senapannya kepada Bangau Besar. Sebagai imbalannya, Bangau Besar memberikan Mikita sebelah bangau saudaranya.
Anehnya, begitu bangau-bangau itu menapak laut, wujud mereka semua berubah menjadi seperti Mikita. Mereka memiliki rambut yang sama, suara yang sama, baju yang sama, bahkan nama pun sama.
Mikita yang asli lalu mendukung sebelas Mikita lain di punggungnya dan melanjutkan perjalanan. Setiap langkah Mikita berjarak tujuh ribu kilometer. Jadi, hanya dalam waktu singkat, ia berhasil menyeberangi duapuluh samudera dan tiba di sebuah dermaga.
Pada saat yang sama, kapal Raja Vasil pun mendarat di dermaga yang sama.
Ketika tahu Mikita datang untuk menolongnya, Raja Vasil sangat gembira. Ia menyesal telah membuat Mikita bertahun-tahun hanya memakan kulit roti kerang dan minum segelas air.
Raja Vasil dan Mikita lalu berangkat ke kota tempat kedua belas putri memerintah.
(Bersambung)
Teks: Adaptasi Dongeng Rusia / Dok. Majalah Bobo©