Pernikahan Raja Vasil dan Putri Pertama dirayakan dengan megah. Sebelas adik Putri Pertama pun menikah dengan kesebelas Mikita. Hanya Mikita yang tetap sendirian dan tampak sedih karena tak punya teman lagi.
“Jangan sedih, sahabatku,” hibur Raja Vasil kepada Mikita. “Adikku Vasilisa sangat percaya padamu. Dia mengeluarkanmu dari penjara, dan mengirim kamu untuk menolongku. Aku yakin dia mencintaimu, dan aku merestuinya. Pesta pernikahanmu dengan Vasilisa akan kubuat megah. Dan aku juga akan memberikanmu setengah dari kerajaanku.”
Ketika pesta pernikahan berakhir, kesebelas adik Putri Pertama dan kesebelas Mikita tetap tinggal di istana para putri itu. Mikita yang asli lalu meletakkan Putri Pertama dan Raja Vasil di punggungnya. Dengan sepatu botnya, Mikita menyebrangi duapuluh samudera, dua puluh hutan, dan duapuluh gunung. Mereka akhirnya tiba di istana Raja Vasil.
Sang Raja menepati janjinya. Pernikahan Mikita dan putri Vasilisa dibuatnya megah. Raja Vasil juga mendapat hadiah, setengah kerajaan dari Sang Raja. Tentu saja, Mikita tak lupa mengundang ayahnya, Pak Nikolai dan kedua kakaknya ke pesta pernikahannya. Pak Nikolai dan kedua kakak Mikita sangat senang melihat nasib baik Mikita. Pak Nikolai meminta maaf karena telah memperlakukan Mikita dengan buruk. Mikita yang baik hati tentu saja memaafkan ayahnya.
Perayaan pernikahaan itu diselenggarakan selama satu minggu. Pada hari terakhir, ada dua belas orang tua yang paling dihormati di kerajaan itu datang ke istana. Sesuai budaya di kerajaan itu, mereka membasuh tangan Mikita dengan air di mangkuk emas. Sambil membasuh, mereka mendoakan agar semua yang dikerjakan Mikita berhasil.
Di malam hari, Pak Nikolai, ayah Mikita, bangun dan merasa kehausan. Ia melihat air di mangkuk emas. Tanpa bertanya lagi, ia langsung meminum air itu. Padahal itu adalah air basuhan tangan Mikita.
Esok paginya, Pak Nikolai bertanya kepada Mikita, “Anakku, bisakah kau memberitahuku sekarang, apa mimpimu di malam pertama di rumah baru?”
Mikita tersenyum, “Aku bermimpi menjadi seorang Raja. Lalu, tanganku dibasuh dalam sebuah mangkuk emas. Dan Ayah, meminum air dari mangkuk emas itu.”
Tamat
Teks: Adaptasi dari Dongeng Rusia / Dok. Majalah Bobo©