Berbohong merupakan sikap yang tidak terpuji. Meski begitu, ada saja orang yang suka berbohong. O iya, pembohong itu ada jenisnya, lo!
Pembohong Patologis
Pembohong patologis adalah orang yang sudah punya rencana untuk berbohong. Jadi, pembohong patologis sudah tahu siapa saja yang akan mereka bohongi dan hal apa yang akan mereka palsukan.
O iya, pembohong patologis berbohong untuk melancarkan keinginannya. Misalnya, Si A akan berbohong kepada temannya supaya tidak ikut latihan Sepak Bola. Jika berhasil membohongi temannya, ia akan main PS sendirian di kamar. Itu contoh perilaku pembohong patologis.
Pembohong Komplusif
Orang yang masuk ke dalam pembohong komplusif biasanya sudah terbiasa berbohong. Jadi, mereka bisa berbohong tanpa harus merencanakannya. Orang seperti ini biasanya berbohong karena tidak mau kalah dengan orang lain.
Contohnya begini, saat bertemu dengan temannya, pembohong komplusif tidak punya keinginan untuk berbohong. Namun, setelah mengobrol, ia kesal dan tidak mau kalah dari temannya. Akhirnya, ia pun berbohong kepada temannya itu. Seperti itu teman-teman.
Berlanjut
Saat pertama kali berbohong, mungkin kita akan berhasil. Namun, lama kelamaan orang lain pasti akan curiga. Supaya kebohongan yang pertama tidak diketahui orang lain, beberapa orang akan berbohong untuk kedua kalinya. Jika sudah begitu, orang itu akan berbohong terus menerus dan sulit untuk berkata jujur. Hal itu tentu sangat tidak baik, Teman-teman.
Baca juga: Tubuh, Alat untuk Mengukur Kejujuran
Apakah Bisa Dihentikan?
Seseorang yang suka berbohong akan sulit mengubah kebiasaannya itu. Mereka baru akan berubah saat kebohongannya diketahui orang lain atau kebohongannya berdampak negatif kepada dirinya.
Nah, Teman-teman, supaya hal itu tidak terjadi kepada kita... Jangan pernah berbohong, ya! Berkata jujur jauh lebih baik, meskipun kadang kita takut untuk mengatakannya.
Ilustrasi: Ode