Fakta Unik Sumpah Pemuda

By Eka Kartika, Sabtu, 28 Oktober 2017 | 03:15 WIB
Ilustrasi Pak W. R. Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biola di Museum Sumpah Pemuda (Eka Kartika)

"Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia."

Itulah sebaris bait dari isi Sumpah Pemuda. Berangkat dari momen bersejarah tersebut, bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan, bersatu, dan kembali dilahirkan. Yap! tanggal 28 Oktober 1928 silam menjadi hari yang tak terlupakan. Sampai saat ini, tanggal 28 Oktober masih tetap dikenang dan diperingati sebagai hari nasional, yaitu Hari Sumpah Pemuda. Namun, di balik perjuangan para pemuda dan pemudi saat itu, ada beberapa fakta unik yang patut teman-teman ketahui.

Pemuda-pemuda yang Rajin Belajar

Walau disibukkan dengan aktifitas sebagai pencetus sumpah pemuda, para pencetus Sumpah Pemuda yang kebanyakan merupakan para mahasiswa, tetap tidak lupa kewajibannya sebagai pelajar. Mereka rajin belajar dan berusaha keras mendapatkan nilai-nilai terbaik di setiap pelajaran.

Pencetus Sumpah Pemuda yang Suka Bercanda

Pada tahun 1977, di salah satu majalah di tanah air, Pak Abu Hanifah, seorang pelaku Sumpah Pemuda mengungkapkan rahasia. Menurut pengakuannya, di tengah keseriusan dalam memperjuangkan persatuan, para tokoh sumpah pemuda, ternyata gemar sekali bercanda, lo.

Salah satunya adalah saat Bapak Muhammad Yamin tengah serius mengerjakan terjemahan Rabindranath Tagore untuk Balai Pustaka. Pak Amir Sjarifuddin dan Pak Abu Hanifah yang berada dalam kamarnya masing-masing, malah menjahilinya. Mereka sengaja memainkan biola dengan suara nyaring. Ketika Bapak Muhammad Yamin meminta mereka diam, keduanya malah semakin membuat kegaduhan. Hihihi.. ternyata mereka suka bercanda juga, ya!

Lagu Indonesia Raya Pertama Kali Dimainkan Tanpa Syair

Pada pertemuan Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928, Pak W. R. Supratman memperkenalkan lagu Indonesia Raya ciptaannya dengan mempergunakan biola. Namun, mengingat kongres dijaga ketat oleh polisi Belanda, maka lagu tersebut akhirnya dimainkan tanpa syair.

Hanya Diikuti oleh 6 Pemudi

Peran perempuan dalam Kongres Pemuda II tidak begitu menonjol. Hanya ada 6 pemudi atau perempuan yang tercatat mengikuti kongres kelahiran Sumpah Pemuda. Mereka di antaranya adalah Dien Patow, Emma Poeradiredjo, Jo Tumbuan, Nona Tumbel, Poernamawoelan, dan Siti Sundari. Dari enam peserta, hanya tiga orang saja yang menyampaikan pidatonya dalam kongres tersebut.

Kongres Dijaga Ketat dan Tidak Boleh Ada Kata Merdeka

Tidak boleh ada kata- kata merdeka selama Kongres Pemuda II dilangsungkan. Penjagaan ketat pun dilakukan oleh para polisi Belanda. Walaupun begitu, para pemuda sangatlah cerdik. Buktinya, tanpa ada kata-kata merdeka, mereka dapat berikrar demi persatuan bangsa.