Gubuk yang Kabur dari Tempatnya

By Sylvana Toemon, Kamis, 29 Maret 2018 | 04:00 WIB
Gubuk yang kabur dari tempatnya (Sylvana Toemon)

Dahulu kala, ada sebuah gubuk kecil tua. Gubuk itu tak berpenghuni. Tak ada manusia yang mau tinggal di situ. Bahkan serangga dan tikus pun tak mau. Suatu hari, si Gubuk lari dari tempatnya berada selama ini. la berlari

kencang. la baru berhenti saat bertemu sebuah lori yang sudah tak terpakai.

"Kau mau ke mana?" tanya si Lori.

"Entahlah," sahut Gubuk. "Aku lari dari tempatku berada selama ini."

Si Lori berkata, "Ambillah roda-rodaku. Aku tak membutuhkannya lagi. Dengan roda-roda ini larimu akan lebih cepat."

Si Gubuk mengambil keempat roda Lori. la memakainya, lalu kembali berlari. Roda-roda itu membuatnya lebih kencang berlari. Akibatnya ia tidak bisa berhenti. BRAK! la menabrak sebuah mobil tua.

"Oh," keluh si Mobil, "Apa kau tidak bisa menyetir dengan baik?"

"Maaf," kata si Gubuk, "Aku memang tidak bisa menyetir. Aku tak punya kemudi."

"Hmh, begitu," ujar si Mobil.

"Bagaimana kalau aku yang menyetir?”

"Oya? Aku setuju." Si Mobil lalu mengikat si Gubuk ke bagian belakangnya.

BRRMM! BRRMM! Mereka lalu melaju cepat. Malam pun tiba. Mobil dan Gubuk berhenti di sebuah padang yang indah untuk istirahat. Keesokan paginya, Mobil berkata pada Gubuk, "Indah sekali padang ini. Bagaimana kalau kita tinggal di sini?"

Maka Mobil dan Gubuk itu pun tinggal di padang itu. Tempat itu benar-benar menyenangkan. Aneka bunga bermekaran indah. Sinar matahari memberi kehangatan.

Suatu hari, seorang pengelana datang ke padang itu. Pengelana itu membawa beberapa peralatan dapur. Ada panci, penggorengan, kompor, dan lainnya Pengelana itu memperhatikan si Gubuk.

Katanya kemudian, "Apa aku boleh tinggal di dalammu? Aku akan membuatmu bersih dan nyaman."

"Oho, tentu," sahut si Gubuk. Pengelana itu lalu menepuk-nepuk si Mobil. Katanya, "Boleh aku mengendaraimu? Aku akan selalu mengisi bensinmu dan memberi pelumas."

"Ya, boleh," sahut si Mobil senang. Maka ketiganya tinggal dengan bahagia di tempat itu selamanya.

Sumber: Arsip Bobo. Diceritakan kembali oleh Endang Firdaus