Lampu Antik Ini Ternyata Dibuat dari Limbah Aluminium

By Cirana Merisa, Rabu, 1 November 2017 | 04:09 WIB
Lampu antik dari limbah aluminium ini dijual di Indonesia, Asia, dan Eropa. (Cirana Merisa)

Limbah biasanya dibuang oleh orang-orang karena merupakan sampah. Namun seorang warga Gunungkidul, Yogyakarta ini bisa mengubah limbah aluminium bekas menjadi lampu hias antik, lo.

Inspirasi Pembuatan

Mulai tahun 2008, Muhamad Nurul Huda berkreasi membuat lampu hias dari limbah aluminium untuk rumah limasan dan Joglo. Dia bercerita bahwa dia mendapatkan inspirasi untuk membuat lampu ini dari lampu berdesain unik yang digantung di rumah-rumah klasik bangsawan berarsitektur Joglo.

Ide ini sebenarnya sudah dijalankan oleh ayahnya sejak tahun 1998 lalu, lo. Ayahnya, Haji Rusmani, dahulu bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik pengecoran aluminium. Lalu Haji Rusmani ini berkreasi membuat kerajinan, mulai dari kursi, meja, hingga lampu taman, yang semuanya dibuat dari bahan aluminium bekas.

Baca juga: Seni Rupa Tiga Dimensi dari Barang Bekas

Cara Membuat

Nah, untuk membuat lampu antik ini pertama harus membuat pencetakan motif aluminium yang diinginkan. Tempat pencetakan motifnya masih tradisional, yaitu menggunakan pasir. Langkah selanjutnya adalah mencairkan aluminium dengan cara dibakar pada suhu 600 derajat celcius selama 1,5 jam. Wow, panas sekali, ya!

Cairan aluminium itu kemudian dimasukkan ke dalam tempat pencetakan motif yang tadi sudah disiapkan. Setelah itu tinggal finishing. Mulai dari penghalusan, pewarnaan, hingga perakitan lampu hias semuanya diselesaikan menggunakan tangan untuk menjaga kualitas barang.

Baca juga: Seniman Inggris Ini Menyulap Barang Bekas Menjadi Karya Seni

Dijual Hingga ke Luar Negeri

Lampu-lampu antik berbahan dasar limbah aluminium yang dibuat oleh Kak Huda ini sudah dijual ke kota-kota besar di Indonesia, di antaranya Jakarta, Bandung, Bali, Mataram, hingga Sulawesi. Kak Huda juga menjual produknya di Asia, seperti Malaysia, Brunei Draussalam, dan Singapura. Dia bahkan menjualnya juga ke Eropa, seperti Yunani dan Belanda. Wow! Hebat ya.

Kak Huda sering mengikuti pameran untuk mengenalkan produknya. Dia juga memasarkannya di media sosial. Dia membuat lampu sesuai pesanan, tapi rata-rata bisa membuat 50 sampai 100 lampu setiap bulannya. Maka itu, Kak Huda membutuhkan pegawai-pegawai yang membantunya memproduksi lampu ini.

Sumber: Kompas.com/Markus Yuwono

Baca juga: 4 Produk Indonesia yang Dijual Mahal di Luar Negeri