Pahlawan Nasional: Laksamana Malahayati

By Sylvana Toemon, Jumat, 10 November 2017 | 04:25 WIB
Pahlawan Nasional Laksamana Malahayati (Sylvana Toemon)

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan. Yuk, kita mengenal Laksamana Malahayati, salah satu pahlawan nasional kita.

Baca juga: Pahlawan

Pendidikan Angkatan Laut

Laksamana Malahayati dikenal juga dengan nama Keumalahayati. Ia dilahirkan di Aceh Besar pada tahun 1550. Pada masa kanak-kanak dan remaja ia mendapat pendidikan istana. Malahayati masih berkerabat dengan Sultan Aceh. Ayah dan kakeknya berbakti di Kesultanan Aceh sebagai Panglima Angkatan Laut. Dari situlah semangat kelautan Malahayati muncul. Ia kemudian mengikuti jejak ayah dan kakeknya dengan menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di akademi Baitul Maqdis.

Inong Balee

Perjuangan Malahayati penjajah dimulai setelah terjadinya pertempuran di Teluk Haru. Armada laut Kesultanan Aceh melawan armada Portugis. Pada pertempuran itu, Laksamana Zainal Abidin, suami Malahayati, gugur. Setelah ditinggal wafat oleh suaminya, Malahayati mengusulkan kepada Sultan Aceh untuk membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur dalam peperangan. Permintaan itu dikabulkan. Ia diangkat sebagai pemimpin pasukan Inong Balee dengan pangkat laksamana. Malahayati adalah perempuan Aceh pertama yang menyandang pangkat ini.

Baca juga: 4 Pahlawan Nasional Terbaru

Perjuangan Melawan Belanda

Laksamana Malahayati dan pasukannya bertugas melindungi pelabuhan pelabuhan dagang di Aceh. Pada tanggal 21 Juni 1599, Laksamana Malahayati berhadapan dengan kapal Belanda yang mencoba memaksakan kehendaknya. Laksamana Malahayati dan pasukannya tentu saja tidak dapat menerimanya. Mereka mengadakan perlawanan. Dalam peristiwa itu Cornelis de Houtman dan beberapa pelaut Belanda tewas. Frederick de Houtman, wakil komandan armada Belanda, ditangkap oleh pihak Aceh.

Perundingan Damai

Laksamana Malahayati tidak hanya cakap di medan perang. Ia juga melakukan perundingan damai mewakili Sultan Aceh dengan pihak Belanda. Perundingan itu adalah upaya Belanda untuk melepaskan Frederick de Houtman yang ditangkap oleh Laksamana Malahayati. Perdamaian itu terwujud. Frederick de Houtman dilepaskan namun Belanda harus membayar ganti rugi kepada Kesultanan Aceh. Laksamana Malahayati juga menjadi orang yang menerima John Lancaster, duta utusan Ratu Elizabeth I dari Inggris.

Laksamana Malahayati meninggal dunia pada tahun 1615. Makamnya terletak di Desa Lamreh, Kecamatan Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar. Laksamana Malahayati mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 9 November 2017 bersama dengan 3 orang lainnya.