Sabun identik dengan baunya yang wangi, tekstur lembut, dan berbusa. Sabun yang kita kenal sekarang ini lebih banyak berasal dari campuran bahan kimia dan bahan alami, seperti garam natrium yang direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) kemudian dicampurkan berbagai ekstrak aroma tertentu.
Tahukah teman-teman? Ada sabun yang terbuat dari tanah liat. Bagaimana, ya, awal mulanya?
Kebiasaan Yunani Kuno
Bangsa Yunani Kuno tidak menggunakan sabun seperti yang kita pakai saat ini. Mereka biasanya membersihkan tubuh dengan cetakan tanah lempung, pasir, batu apung, dan abu, ditambah dengan minyak. Dari sinilah kebiasaan membersihkan tubuh dengan tanah dimulai.
Legenda Roma Kuno
Kata Soap (sabun) dipercaya berasal dari legenda Roma kuno, tepatnya dari sebuah gunung bernama Gunung Sapo. Di tempat itulah biasanya hewan dikurbankan. Nah, ketika hujan datang, air yang turun membasahi campuran lemak hewan, kemudian campuran itu menuruni tanah liat sepanjang Sungai Tiber.
Pada saat para perempuan mencuci di sungai itu, mereka mendapati bahwa campuran tanah liat, air, dan lemak hewan ini ini membuat cucian bisa lebih cepat bersih.
Ada di Indonesia
Ternyata sabun dari tanah liat ini ada di Indonesia, tepatnya di daerah Jatiwangi, sebuah kecamatan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Sabun dari tanah liat dipercaya mampu menghaluskan, mencerahkan, dan mencegah penuaan pada kulit.
Awalnya, produk ini merupakan kreasi dari para pengrajin tanah liat disana dan seorang peneliti bernama Marta Frank yang kemudian ditampilkan dalam Jatiwangi Art Factory (JaF).
Teks dan Foto: Putri Puspita | Bobo.ID