Prasasti Kota Kapur sangat penting untuk menyingkap catatan sejarah kedatuan Sriwijaya.
Prasasti Berbahasa Melayu Kuno
Prasasti berbentuk tugu ini ditemukan di Kota Kapur, Pulau Bangka pada tahun 1892. Prasasti ini ditulis menggunakan aksara Pallawa dan berbahasa Melayu Kuno. Prasasti ini bentuknya unik, berbeda dengan prasasti kebanyakan. Bentuknya tiang setinggi manusia dewasa. Tulisan diukir di 5 sisi datar di sekeliling tiang itu. Prasasti ini pernah menjadi koleksi museum Belanda. Saat ini Prasasti Kota Kapur ditempatkan di Museum Nasional, Jakarta.
“Wahai sekalian dewata yang berkuasa, yang sedang berkumpul dan melindungi Kedatuan Sriwijaya ini, kamu sekalian dewa-dewa yang mengawali segala sumpah…” itu adalah terjemahan kalimat yang mengawali Prasasti Kota Kapur.
Sriwijaya Pernah Dikira Nama Raja
Tulisan di prasasti ini pertama kali dibaca pada tahun 1913 oleh J.H.C. Kern. Ia menemukan kata “Sriwijaya” di tulisan itu. Kern menganggap Sriwijaya adalah seorang raja yang menguasai Pulau Bangka pada saat prasasti itu dibuat. Prasasti itu dibuat pada tahun 608 Saka atau tahun 686 Masehi. Baru pada tahun 1918 diketahui bahwa Sriwijiaya bukanlah nama seorang raja, melainkan sebuah kerajaan besar yang berpusat di Sumatra Selatan.
Mengungkap Sejarah Sriwijaya
Prasasti Kota Kapur berisi pernyataan bahwa perbuatan yang jahat akan mendapatkan hukuman. Sementara orang yang setia akan mendapatkan keberhasilan dan kelimpahan. Dari tulisan pada prasasti ini, sejarawan mengungkap bahwa pada masa itu telah terjadi pemberontakan di Sriwijaya. Para pemberontak mendapatkan hukuman, sementara yang setia didoakan supaya hidup sentosa.