Jika sedang berjalan-jalan di Bali atau berkunjung ke tempat yang identik dengan Bali, teman-teman pasti bisa menemukan kain berwarna hitam putih yang dipakaikan pada suatu pohon, patung, atau benda lainnya.
Sebenarnya, apa makna kain hitam putih itu ya?
Simbol Keseimbangan Alam
Kain kotak-kotak hitam putih disebut dengan istilah kain poleng atau saput poleng. Saput artinya kain yang membalut, sedangkan poleng adalah istilah untuk warna hitam putih yang berseling merupakan lambang Rwa Bhineda, yaitu keseimbangan alam.
Di dunia ini pasti ada hitam dan putih, dua hal yang berlawanan tetapi mampu membuat alam ini jadi seimbang dan harmonis. Rwa Bhineda secara filosofis mengajarkan kita bahwa di dunia ini ada dua hal berbeda yang tidak bisa dipisahkan, seperti baik-buruk, siang-malam, dan panas-dingin.
Tiga Macam Kain Poleng
Sebenarnya ada tiga macam kain poleng atau saput poleng yang dikenal di Bali. Apa saja itu?
- Saput Poleng Rwa Bhineda, yairu kain yang berwana putih dan hitam. Maknanya, yaitu ajaran bahwa di dunia ini ada hal yang berbeda, tetapi bila berjalan harmonis akan membuat alam ini seimbang.
- Saput Poleng Sudhamala, yaitu kain yang berwana putih, abu-abu, dan hitam. Makna hitam dan putihnya merupakan simbol Rwa Bhineda, sedangkan abu-abu merupakan warna penyelaras keduanya.
- Saput Poleng Tridatu, yaitu berwarna putih, hitam, dan merah. Maknanya, yaitu ajaran triguna atau tiga sifat manusia, yaitu merah artinya rajas atau keras, hitam artinya tamas atau malas, dan putih artinya satwam atau bijak.
Pemakaian Saput Poleng
Di Bali, saput poleng biasa dipakaikan pada pohon, patung, atau gapura. Dalam kepercayaan lokal, saput poleng dianggap sebagai pertanda bahwa benda itu memiliki kekuatan magis yang dihormati dan melindungi, serta patut dijaga kelestariannya.
Saput poleng juga digunakan oleh orang-orang tertentu di Bali, seperti pada pecalang, dalang, dan pemain drama yang berperan sebagai punakawan.