Misteri Hyena dan Senecoza (Bag. 1)

By Vanda Parengkuan, Sabtu, 19 Mei 2018 | 13:00 WIB
Misteri Hyena dan Senecoza (Vanda Parengkuan)

"Oh, baiklah," kata Steve sambil menurunkan senapannya. Saat ia melihat ke atas bukit lagi, hyena itu telah berbalik dan melenggang pergi.

Gerakan anggun hyena yang melenggang itu, membuat rasa humor Steve muncul. Sambil tertawa, Steve menunjuk ke hyena itu dan berkata, "Hewan itu mirip Senecoza ya, Nak! Kamu ingat, kan, si penjual jimat yang suka muncul tiba-tiba itu!”

Kata-kata Steve yang sederhana itu, membuat anak itu menjadi semakin ketakutan. Ia memacu kuda poninya sembarangan, kembali ke peternakan. Sambil terus memacu kudanya, ia menoleh ke  arah Steve dengan wajah ketakutan. Steve terpaksa mengikutinya dengan bingung.

Saat menunggang kuda, Steve merenung. Hyena, si penjual jimat, kepala suku yang diserang hyena, pekerja setempat yang ketakutan… Apa hubungan semua itu? Steve bingung. Namun ia memang orang baru di Afrika. Steve mencoba melupakan semua kejadian itu.

Suatu hari, Senecoza datang lagi ke peternakan. Ia berhenti tepat di depan Steve. Sejenak matanya berkilau menatap Steve. Steve tanpa sadar bergidik dan melangkah mundur, seperti merasakan bahaya saat menatap ke mata seekor ular. Tidak keluar ucapan ancaman dari Senecoza untuk dijadikan alasan perkelahian. Senecoza memang tidak mengatakan apa-apa. Namun Steve bisa merasakan ancaman itu. Sebelum keberanian Steve muncul lagi, pria itu telah pergi.

Steve tidak berkata apa-apa. Namun ia tahu kalau Senecoza membencinya karena suatu alasan. Dan dia punya rencana untuk menyerang Steve. Karena apa? Steve juga tidak tahu Rasa tidak percaya Steve pada Senecoza, lalu tumbuh menjadi rasa benci.

Dan pada saat itulah Ellen Farel datang ke peternakan Ludtvik. Ellen adalah sepupu Ludtvik dan Steve yang tinggal di New York. Steve tidak mengeri, mengapa Ellen memilih untuk berlibur di Afrika Timur. Mengapa dia harus berlibur di peternakan tempat perdagangan ternak? Menurut Steve, Afrika tidak cocok buat wanita. Itulah juga yang dikatakan Ludtvik pada Ellen, walau ia senang Ellen datang untuk melihat peternakannya.

Ellen adalah gadis cantik dengan rambut kemerahan. Sore itu, dia memakai celana panjang untuk menunggang kuda, jaket, dan helm ringan. Ellen memang pandai berkuda. Selain itu, Ellen juga sangat tertarik pada peternakan. Ludtvik memberi Ellen kuda terbaik di peternakan itu. Karena Steve juga suka berkuda, maka Steve yang menemani Ellen berkuda di padang rumput. Mereka kadang berpapasan dengan sekelompok suku-suku asli.

Orang kulit hitam sangat tertarik pada Ellen. Mereka juga takut pada Ellen, karena tidak terbiasa melihat wanita kulit putih. Ellen biasanya akan turun dari kudanya untuk menyapa dan bermain dengan anak berkulit hitam. Namun Steve biasanya melarangnya. Ellen kesal dan heran karena Steve melarangnya bergaul dengan orang kulit hitam. Ia dan Steve jadi sering bertengkar.

“Kamu tidak boleh memilih-milih teman berdasarkan warna kulit, Steve!” marah Ellen.

Steve jadi merasa bersalah dan menjelaskan, “Bukannya melarang, Ellen. Aku juga baru datang ke Afrika. Aku tidak tahu apa-apa tentang suku asli di tempat ini. Jadi sebaiknya kita hati-hati. Bukan membedakan warna kulit. Tapi hati-hati pada apapun yang belum kita kenal!”

Ellen cemberut. Dia menyebut Steve sombong karena pilih-pilih teman. Ia lalu memacu kudanya di padang rumput dan pergi meninggalkan Steve. Steve terpaksa mengikutinya dari belakang.