Serba-serbi Seni Merajut

By Putri Puspita, Selasa, 2 Januari 2018 | 09:15 WIB
Kreasi Seni Merajut (Putri Puspita)

Wiiihhh! Jubah dari benang emas ini diberikan kepada bangsawan istana.

Seni rajutan juga digunakan oleh para tentara perang, seperti seragam rentara Jerman saat Perang Dunia II.

Sebelum abad ke-19, seni merajut dilakukan dengan menggunakan benang wol dibantu dengan dua stik hakken dan dilakukan dengan tangan. Nantinya akan diperoleh baju, sepatu, topi, atau sarung tangan yang tebal dan hangat. 

Baca juga: Mural, Seni Lukis Sejak Abad Sebelum Masehi

Berkembang di Masyarakat

Awalnya, pakaian hasil rajutan hanya digunakan oleh bangsawan istana atau prajurit perang.

Namun, perlahan-lahan seni ini berkembang juga di masyarakat.

Contohnya, kebiasaan merajut sweater di Pulau Aran, lalu di Inggris, para perempuan bangsawan diwajibkan bisa merajut pada masa Ratu Victoria.

Di Indonesia sendiri, seni merajut dibawa oleh Belanda pada masa penjajahan. Saat itu perempuan Indonesia diajarkan cara merajut oleh noni-noni Belanda.

Macam-macam

Seni rajut pun berkembang yang awalnya menggunakan benang wol saja, menjadi menggunakan benang katun bahkan sampai serat sutera sehingga produknya lebih riangan.

Motifnya pun juga berkembang terus jadi semakin unik.

Jika kita tahu bahwa seni merajut bisa menghasilkan topi, sarung tangan, tas, dan baju.

Kini berkembang juga seni rajutan yang lucu-lucu, seperti gantungan kunci, gelang, dan berbagai macam pernak-pernik unik.