Bobo dan adik-adiknya sedang membawa Tompel berjalan-jalan di taman. “Lihat! Anjing itu cantik sekali!” seru Upik. Pemiliknya tersenyum. “Aku rajin membawa anjingku ke salon anjing.”
Tompel mendekati anjing cantik itu dan menggaruk-garuk badan di dekatnya. “Eh, jangan dekat-dekat! Awas, nanti anjingku ketularan kutu!” teriak pemilik anjing cantik. Bobo cemberut. Huh, sombong sekali orang itu!
“Bo, ayo kita bawa Tompel ke salon anjing!” rengek Upik. “Tapi, salon anjing kan mahal, Pik,” kata Bobo. “Kenapa kita tidak membuat salon anjing sendiri?” seru Coreng.
“Upik, tolong pegang kakinya!” seru Coreng. Mereka sedang memandikan Tompel. “Guk! Guk!” Tompel meronta-ronta sekuat tenaga. “Aku kan tidak suka air!” jeritnya dalam hati.
“Nah, sekarang Tompel sudah bersih,” kata Coreng sambil mengeringkan bulu-bulu Tompel. “Saatnya beraksi!” Wah, apa yang akan mereka lakukan, ya?
Di kamar, Emak sedang sibuk membuka-buka laci meja riasnya. “Aduuuh, di mana lipstickku? Pensil alisku juga tidak ada!” Emak menoleh ke luar jendela. Jangan-jangan....
“Astaga! Apa yang kalian lakukan?” seru Emak. “Guk! Guk!” Tompel ikut protes. “Kami sedang membuka salon anjing!” kata Coreng membela diri. “Tompel harus dirias biar cantik!”“Guk! Guk!” Hihi... Muka Tompel jadi seperti badut. Anak-anak tertawa melihatnya. Tentu saja Emak hanya cemberut. Aduuuh, anak-anak memang ada-ada saja!
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi