Pesta sekolah hampir tiba. Anak-anak kelinci diminta mengisi acara di panggung. “Ayo kita membuat tarian Kura-Kura Ninja!” usul Bobo sambil pura-pura memukul Doni. “Ziiiig!!!”
“Aku mau jadi Leonardo, senjata katananya keren!” seru Dung Dung. “Kalau begitu, kita bagi saja. Bobo menjadi Michelangelo. Raphael diperankan Doni. Dan aku menjadi Donatello,” kata Kutu Buku.
“Ayo kita berlatih! Tarian Ninjitsu yang pertama!” Bobo memberi contoh gerakan bela diri gaya Jepang. Plok! Plok! Plok! Terdengar suara tepuk tangan dari belakang mereka.
“Tariannya bagus sekali! Bo, aku ikut, dong!” rengek Coreng. Keempat kelinci menghentikan tarian mereka. “Wah, enggak bisa! Kura-Kura Ninja cuma berempat,” kata Doni.
“Yaaa, gimana, dong? Tapi, aku ingin ikut!” kata Coreng setengah menangis. “Tunggu, jangan buru-buru menangis. Ayo kita pikirkan!” Akhirnya, Bobo pun tersenyum.
Pesta sekolah berlangsung meriah. Anak-anak kelinci siap berdandan di balik panggung. “Asyik, aku bisa ikut!” kata Coreng sambil bercermin dan memakai ikat kepalanya.
“Berlatih ninjitsu harus sabar!” teriak Coreng. “Ayo semangat!” Bobo, Dung Dung, Doni, dan Kutu Buku membungkuk, memberi hormat pada Coreng. “Siap Master Coreng Splinter!” teriak mereka kompak. Tarian Ninja dimulai. Penonton bertepuk tangan melihat tarian mereka.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi