Sisi, anak Tante Lena, baru kelas satu SD. Kadang-kadang ia bermain dengan Ika.
Ning nong ning nong! Bel pintu berbunyi.
Mama dan Ika segera keluar. Mereka menyambut Sisi. Mama mengajak Sisi mencuci kaki, mengganti pakaian dengan piyama, lalu menyikat gigi.
“Ika, temani Sisi sampai tidur, ya. Sekarang giliranmu bercerita!”
“Horeee, aku suka cerita!” seru Sisi riang.
“Baiklah. Kaka akan cerita tentang kanguru. Kamu tahu, kan, kanguru menaruh anaknya di kantung depan perutnya!” Ika mulai bercerita.
“Tidak mau! Sisi suka main petak umpet. Sisi mau cerita tentang petak umpet!”
Waaah, Ika bingung! Tetapi, dia ingat, Mama pernah cerita tentang unta yang kelopak matanya tembus pandang. Walaupun berjalan di dalam badai pasir dengan mata tertutup, unta tetap bisa melihat. Waktu itu, Ika berkomentar, “Kalau begitu, unta tidak bisa main petak umpet!”
Jadi, Ika bercerita tentang Anak Kuda, Anak Keledai, dan Anak Unta yang bermain petak umpet. Anak Unta selalu cepat menemukan tempat persembunyian teman-temannya. Ia bisa melihat ke mana pun teman-temannya bersembunyi. Anak Kuda dan Anak Keledai akhirnya tidak mau lagi mengajaknya main petak umpet. Mereka mengajak Anak Kerbau dan Anak Gajah.
Anak Unta sangat sedih, lalu duduk menonton. Suatu ketika, Anak Keledai bersembunyi di balik pohon. Saat itulah, Anak Unta melihat seekor ular berbisa sedang menjalar, siap memagut Anal Keledai.
“Awas, ada ular berbisa!” teriak Anak Unta.
Anak keledai segera berlari menyelamatkan diri. Ia lalu mendekati Anak Unta untuk berterima kasih. Sejak itu, mereka tidak bermain petak umpet lagi, tetapi bermain bola. Anak Unta pun kini bisa ikut bermain bersama lagi.