Sebuah mobil kodok berwarna hijau memasuki halaman sekolah. "Awas, awas! Ada kodok hijau!" beberapa anak perempuan yang berdiri di halaman parker sekolah tertawa-tawa.
"Ria, kodok hijaumu sudah datang, tuh," kata Inge sambil tersenyum.
"Kwok, kwok, kwok," Febi, Vani, dan Sasa menirukan suara kodok.
Ria hanya tersenyum. Mereka selalu begitu setiap kali mama Ria datang menjemput mengendarai mobil kodok.
"Halo. Selamat siang, anak-anak manis," sapa mama Ria. "Selamat siang, Tante," jawab mereka tersenyum manis.
"Ayo, siapa mau ikut mobil Tante?"
"Terima kasih, Tante. Kami sudah dijemput," kata mereka sambil menunjuk mobil jemputannya masing masing.
"Ya, hati-hati!" Mama Ria melambaikan tangan pada gadis-gadis kecil itu.
"Sampai besok, Ria."
Teman-temannya berlarian menuju mobil jemputan. Ria mengikuti Mama menuju mobil kodok. Ketika keluar dari halaman sekolah, Ria melihat mobil keluaran terbaru milik teman-temannya. Hmm, pasti asyik berada di mobil sebagus itu, pikir Ria.
"Lo, anak mama melamun? Ada apa?" Mama menyentuh tangan Ria.
“Tidak, kok, Ma," jawab Ria. Ria tidak ingin membuat Mama sedih jika ia mengatakan yang sebenarnya.
"Katakan saja," kata Mama lembut. "Ehhh..., Mama tidak ingin punya mobil bagus?"
Ria melihat kening Mama berkerut.
"Maksud Ria, sekarang Mama, kan, sudah menjadi redaktur majalah terkenal. Tentu Mama bisa mengganti mobil kodok ini dengan mobil baru."
Mama tertawa.
"Lo, Mama kok ketawa?" tanya Ria heran.
"Mama memang bisa saja mengganti mobil kodok ini dengan mobil lain. Tapi, Mama tidak ingin menggantinya."
"Kenapa, Ma?"
"Mobil kodok ini punya nilai bersejarah bagi Mama. Ketika Mama baru menjadi reporter, almarhum kakekmu memberikan kodok hijau ini untuk Mama. Berkat si kodok hijau ini tugas liputan Mama jadi lancar. Dan satu lagi yang membuat Mama sayang pada si kodok hijau. Bersama dengannya, seakan kakekmu pun selalu bersama kita."
"Oh... begitu ya, Ma..." Ria tersenyum manis setelah mendengar cerita mamanya. Selama ini Ria tak pernah tahu kalau mobil kodok Mama begitu berarti. Kini Ria pun merasakan kebahagiaan bersama si kodok hijau.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Pupuy Hurriah.