“Jangan, jangan, anakku!” kata kakek berjangggut. “Kau sudah cukup repot bekerja sebagai gembala domba. Kami hanya beristirahat sebentar di sini.”
“Kalau begitu, menginap sajalah malam ini di pondokku. Nanti, aku buatkan makan malam. Kalian pasti lapar,” kata Rosemary lagi.
“Ya, kami lapar,” kata kedua kakek itu.
Saat makan malam tiba, kedua kakek itu memakan semua yang disediakan Rosemary. Walau tak banyak, namun Rosemary melayani mereka dengan tulus dan rasa makanan sederhana seperti sup sayuran dan kentang keju menjadi sangat enak.
Setelah makan malam, Rosemary menyediakan tempat tidur dari jerami untuk kedua kakek itu.
Esok subuhnya, ia sudah bekerja keras lagi. Memerah susu sapi, merapikan pondok, dan membuat sarapan untuk kedua kakek.
Ketika matahari terbit, kedua kakek itu terbangun, mandi, lalu mencari Rosemary di kandang domba. Mereka melihat domba-domba yang dirawat Rosemary sangat sehat, bersih, dan tampak bahagia karena dirawat dengan baik.
“Sepertinya kawanan ternak ini mendapat gembala yang baik,” kata kakek berjanggut. “Kita harus menunjukkan terimakasih kita dengan menambah kawanan ternak yang dirawatnya menjadi dua kali lipat.”
“Ya tentu saja,” kata kakek berkacamata. “Tapi ternak-ternak itu akan dimasukkan ke kandang mana? Kandang dombanya kurang besar.”
“Tentu saja dia harus membuat kandang yang dua kali lipat juga besarnya. Beres, kan…” kata kakek berjanggut lagi.
“Baiklah,” kata kakek berkacamata. “Besok pagi, jumlah ternak peliharaannya akan menjadi dua kali lipat!”
Sementara itu, Rosemary melihat kedua tamunya ada di situ. Dengan wajah ceria, Rosemary mengajak mereka untuk sarapan bersama.