Tak ada yang tahu kalau ada menara di Hutan Hitam itu. Bahkan Pangeran Pedro, putera raja penguasa negeri itu, tidak tahu tentang menara itu. Pangeran Pedro adalah seorang pemburu hebat. Ia sudah berburu di semua hutan dalam kerajaan ayahnya. Namun ia belum pernah masuk ke Hutan Hitam. Namun suatu hari, ketika ia berburu sendirian, sampailah ia di Hutan Hitam itu. Para pengawalnya tertinggal di tepi hutan.
Pangeran Pedro sangat takjub ketika menemukan menara tanpa pintu itu. Ia semakin takjub ketika mendengar suara nyanyian merdu dari atas menara. Ketika ia melihat ke atas, ternyata ada jendela kecil di puncak menara.
Karena tak ada pintu dan tangga untuk naik ke atas menara, Pangeran Pedro hanya menatap penasaran dari bawah. Ketika kembali ke istananya, ia tak bisa tidur sepanjang malam.
Di hari berikutnya, Pangeran Pedro pun kembali ke hutan itu sendirian. Kali ini ia sembunyi di balik pohon rimbun. Ia melihat ke puncak menara dan menatap ke jendela yang terbuka. Suara merdu itu lalu terdengar lagi. Pangeran Pedro menikmati merdunya suara itu.
Hari semakin gelap, dan malam pun tiba. Dari suatu tempat, tiba-tiba datanglah si Penyihir Hutan Hitam. Ia berdiri di bawah jendela dan berteriak dengan suaranya yang serak,
“Petrosinella, Petrosinella! Turunkan rambutmu! Aku bawa makanan untukmu!”
Setelah mendengar suara itu, Petrosinella menurunkan rambut emasnya dari jendela. Penyihir Hutan Hitam lalu akan memanjati rambut itu bagai tangga.
Pangeran Pedro melihat kejadian itu dengan takjub. Ia kembali ke istananya dan tak bisa tidur karena memikirkan rambut indah keemasan tadi.
Esoknya, Pangeran Pedro kembali ke hutan dengan semaikin penasaran. Ia sembunyi lagi di balik pohon lebat. Ia melihat sekeliling dan merasa keadaan aman. Sebelum hari gelap, Pangeran Pedro mendekat ke menara itu dan berteriak dari bawah menara dengan meniru suara Penyihir Hutan Hitam.
“Petrosinella, Petrosinella! Turunkan rambutmu! Aku bawa makanan untukmu!”
Setelah mendengar suara itu, seperti biasa Petrosinella menurunkan rambut emasnya dari jendela. Dengan tangkas dan cepat, Pangeran Pedro memanjati rambut itu.
Setiba di puncak menara, Pangeran Pedro melompat masuk lewat jendela ke dalam ruangan kecil. Petrosinella mendelik ketakutan saat melihat Pangeran Pedro di ruangannya.