Timi Tikus adalah seekor tikus kecil. Ia tinggal di sebuah rumah tua milik keluarga Pak Tono. Rumah Timi Tikus berada di sebuah lubang dinding dapur. Di sana ia tidak pernah kelaparan, karena banyak makanan. Bu Tono sering membuang sisa-sisa makanan ke keranjang sampah di dekat dapur.
Pada suatu malam, Timi Tikus sedang mengorek sampah. Tiba-tiba ia melihat Pak Tono, Bu Tono, dan Ida sedang bersiap-siap untuk dipotret.
Ceklik! Adi memencet sebuah tombol yang ada pada tustel itu. Tampak sekilas cahaya. Tak lama, dari benda itu keluarlah sebuah gambar berwarna.
Timi Tikus ingin tahu gambar apakah itu. Dengan mengendap-endap ia mendekati keluarga Pak Tono. Ia melihat sebuah gambar berwarna. Pada tambar tersebut tampaklah Pak Tono, BU Tono, dan Ida.
Setelah melihat potert itu, Timi Tikus lari ketakutan. Ia takuk ketahuan.
Di dapur, Timi Tikus berkata, “Ah, aku ingin juga dipotret seperti mereka. Tapiiii…. Mungkinkah itu? Kalau saja keluarag Pak Tono tahu ia tinggal di situ, pasti ia akan diusir.”
Timi Tikus tahu bahwa ia adalah musuh manusia. Akan tetapi Timi Tikus tidak putus asa. Ia terus mencari kesempatan agar bisa dipotret.
Pada suatu hari, nenek Ida dan Adi datang bermalam. Dengan bangga Adi memperlihatkan tustelnya sambil berkata, “ Nek, lihat ini tustel baruku. Ini hadiah saat aku memenangkan sayembara mengarang. Dengan tustel ini, setiap potret bisa langsung jadi,” kata Adi.
“Ooo… Bagus, ya,” puji Nenek.
“Nenek duduk di bangku itu, nanti Adi potret,” ujar Adi.
Nenek menngangguk sambil tersenyum. Kemudian Nenek duduk di sebuah kursi. Melihat hal itu, Timi Tikus dengan diam-diam berlari ke kolong bangku yang diduduki Nenek. Ia juga ingin ikut terpotret.
Tak laam kemudian, keluarlah selembar foto berwana dari kamera ADi. Adi mengernyitkan dahinya ketika melihat hasil potret itu. Mengapa di bawah bangku Nenek ada seekor tikus? Kemudian ia menengok ke kolong bangku Nenek, tetapi di sana tida ada apa-apa. Timi Tikus sudah pergi.