Bobo.id - Kehidupan manusia di Bumi ternyata bisa mengubah wajah Bumi, lo, teman-teman.
Perubahan ini terlihat dari sebuah peta yang dikembangkan oleh seorang ahli ilmu Bumi, Tomasz Stepinski dan timnya di Laboratorium Informatika Antariksa milik University of Cincinnati.
Melalui peta tersebut, terlihat kalau 22 persen dari total daratan di Bumi berubah sejak 1992 hingga 2015.
Perubahan ini diperkirakan oleh para ahli sebagai akibat dari ulah manusia, teman-teman.
Baca Juga : Menjaga Bumi Setiap Hari dengan Membawa Tempat Minum Sendiri
Perubahan yang paling umum terjadi adalah hilangnya hutan karena adanya pembangunan pertanian.
Perubahan yang lain adalah kebalikannya, nih, teman-teman, yaitu pertanian yang berubah menjadi hutan.
Selain itu, peta ini juga menunjukkan perubahan pada lahan basah, bertambah dan berkurangnya jumlah air, serta beberapa faktor prubahan wajah Bumi lainnya.
Peta dan grafik ini juga dibuat untuk memahami pola migrasi manusia di seluruh dunia, mengapa orang berpindah tempat tinggal, dan seberapa cepat wajah Bumi berubah.
Dari peta ini, kita bisa melihat, lo, rincian tentang perubahan sebuah lokasi tertentu, misalnya saja hilangnya Laut Aral di Kazakhstan.
Hilangnya Laut Aral ternyata disebabkan oleh gangguan yang terjadi pada anak-anak sungainya.
Gangguan ini terjadi karena adanya proyek irigasi atau pengairan yang terjadi di Kazakhstan dan Uzbekistan dan proyek itu terlihat seperti gumpalan.
Wilayah lain yang dapat dilihat rinciannya adalah hutan di pedalaman Tiongkok, Afrika barat, dan Rusia yang digambarkan berwarna hijau gelap.
Baca Juga : Mengapa Orang yang Terkena Diabetes Badannya Kurus?
Hutan di sebelah tenggara Tiongkok juga hilang, lo, teman-teman, dan hal ini digambarkan dengan warna merah marun dan warna merah muda.
Dari proyek yang dihasilkan oleh pak Stepinski ini, bisa terlihat kalau wajah Bumi yang berubah ternyata dikarenakan oleh manusia, lo.
Dengan dibuatnya peta ini, diharapkan bisa digunakan untuk mengatasi krisis yang nantinya akakn terjadi di masa depan.
Selain itu, peta yang diambil menggunakan satelit ini diharapkan bisa untuk berfokus melakukan penelitian di tempat tertentu.
Source | : | kompas,Science Alert |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR