Bobo.id - Sampah plastik menggunung di mana-mana. Sepertinya seluruh dunia sudah kecanduan dengan plastik.
Pasti teman-teman tidak mau, kan, kalau ke mana-mana bertemu sampah plastik?
Seperti yang kita tahu, plastik membutuhkan waktu yang lama untuk bisa terurai.
Setelah jadi mikroplastik pun, bisa berbahaya bagi makhluk hidup, terutama di lautan.
Negara Australia mencoba mengurangi dampak ini dengan membuat kebijakan pemerintah, teman-teman.
Baca Juga : Untuk Mengurangi Plastik, Remaja Ini Membuat Sampo Ramah Lingkungan
Dua supermarket ritel terbesar di Australia tidak lagi menyediakan kantung plastik sekali pakai pada konsumennya.
Menurut Asosiasi Ritel Nasional Australia elama tiga bulan berjalan, pemakaian kantung plastik di Australia berurang sebanyak 80 persen, lo.
Dalam tiga bulan, dua supermarket ritel ini berhasil mengurangi 1,5 milyar kantung plastik sekali pakai.
Tentu saja ini merupakan kebiasaan yang sulit diubah, namun jika dilakukan bersama-sama ternyata dampaknya besar, teman-teman.
Baca Juga : Gawat! Meski Sudah Berusia 50 Tahun, Botol Plastik Ini Tetap Utuh
Kebijakan ini juga akan diterapkan di negara-negara anggota Europian Union, nih.
Negara-negara seperti Belanda, Prancis, Jerman, Italia dan yang lainnya, berkomitmen untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai di tahun 2021.
Wah, Indonesia kira-kira bisa menirunya tidak, ya?
Di beberapa kota seperti Denpasar dan Bogor, penggunaan plastik sekali pakai juga mulai dibatasi, lo, teman-teman.
Baca Juga : Sampah Sedotan Semakin Menumpuk, Kita Kurangi Pemakaiannya, yuk!
Lebih baik lagi, kita mulai dari diri kita sendiri, kemudia mengajak keluarga, dan teman-teman di sekolah.
Misalnya, kita bisa mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan membawa tempat makan atau botol minum sendiri saat membeli jajanan makanan atau minuman.
Tidak memakai sedotan plastik sekali pakai juga bisa membantu mengurangi sampah plastik, atau membawa tas kanvas sendiri saat berbelanja di toko.
Siapa tahu kita bisa meniru dampak baik yang ada di Australia, lo.
Baca Juga : Mengapa Plastik Membutuhkan Waktu yang Lama untuk Bisa Terurai?
Source | : | kompas,Science Alert |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR