Bobo.id – Taman nasional ini berada di ujung timur negara kita, berbatasan dengan Papua Nugini.
Ada apa sajakan di taman nasional ini?
Baca Juga : Ratusan Kerbau yang Panik Tenggelam di Sungai Taman Nasional Chobe
Rawa dan Tanah Kering
Taman Nasional Wasur memiliki banyak keunikan.
Tanah di daerah ini kadang-kadang berupa rawa saat musim hujan. Apabila musim kemarau, tanahnya juga kering bahkan sampai retak-retak.
Bunga-bunga bermekaran saat musim kemarau tiba. Musim kemarau di taman nasional ini cukup sejuk, lo.
Angin dingin dari bagian selatan Bumi berhembus ke daerah ini.
Baca Juga : Taman Nasional Yellowstone Berubah Sejak Kehadiran 14 Ekor Serigala
Musamus
Salah satu ciri khas Taman Nasional Wasur adalah musamus atau rumah semut. Serangga yang menghuni musamus ini memang terlihat seperti semut.
Namun, sebenarnya mereka termasuk jenis rayap. Musamus yang dihuni oleh koloni rayap ini dipimpin oleh seekor ratu.
Musamus jumlahnya bertambah banyak bersamaan dengan bertambahnya jumlah ratu rayap. Musamus ini ukurannya beraneka macam.
Ada yang terlihat seperti gundukan kecil, ada juga yang tingginya melebihi tinggi orang dewasa.
Baca Juga : Ingin Berkunjung ke Taman Nasional Komodo? Jangan Abaikan 5 Hal Ini
Masyarakat dan Alam
Masyarakat yang tinggal di sekitar taman nasional ini juga turut melestarikan kekayaan alam kita ini.
Mereka memiliki tradisi untuk memberikan masa jeda dalam memanfaatkan sumber daya alam yang disebut Sasi.
Misalnya larangan mengambil pohon-pohonan di suatu kawasan tertentu selama beberapa waktu.
Baca Juga : Inilah Perbedaan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, dan Taman Nasional
Kehidupan Satwa Liar Papua
Taman Nasional Wasur menjadi rumah untuk banyak satwa liar di Papua.
Kanguru, rusa, babi hutan, dan aneka burung menjadi penghuninya. Taman nasional ini juga sering disinggahi burung-burung yang sedang migrasi.
Kehidupan satwa liar di taman nasional ini lebih dinamis sekitar bulan Juli sampai November setiap tahunnya.
Pada saat-saat itulah taman nasional ini sering dikunjungi oleh para peneliti dan juga wisatawan.
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR