Bobo.id - Beberapa waktu lalu, tepatnya di awal bulan Januari, ada jasad paus yang terdampar di sebuah pantai di Hawaii.
Jika teman-teman ingat, keberadaan jasad paus ini mengundang kehadiran hiu putih besar ke perairan tersebut.
Yap, hiu putih besar ini adalah Deep Blue yang Bobo ceritakan beberapa waktu lalu.
Nah, rupanya, jasad paus ini sudah dua kali 'dikembalikan' ke laut, agar si hiu putih besar bisa menguraikan jasadnya. Namun jasad paus ini selalu kembali ke tepian pantai.
Saat ini ondisi paus kepala kotak ini sudah mengalami penguraian, sehingga kulitnya berubah menjadi pucat. Tubuhnya jadi tampak seperti sebuah marshmallow yang besar.
Sebenarnya apa yang terjadi saat paus terdampar di pantai, ya?
Kita cari tahu dulu mengapa paus mendekati tepian laut, yuk.
Baca Juga : Wah, Ilmuwan Berenang Bersama Hiu Putih Besar! Apa Tidak Berbahaya?
Mengapa Paus Mendekati Pantai?
Bukan hanya paus, kondidi terdampar ini juga bisa terjadi pada kelompok hewan cetacea lainnya seperti lumba-lumba.
Kebanyakan paus yang ditemukan terdampar di pantai sudah dalam kondisi mati teman-teman.
Kemungkinan, mereka kesulitan untuk bergerak kembali ke dalam air. Ini bisa disebabkan oleh mereka mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan di tubuhnya.
Sebab lainnya mungkin mereka tenggelam saat gelombang pasang menutupi lubang tiupnya, dan mereka tidak bisa bergerak.
Paus yang mati di laut akan tenggelam atau mengapung dan kemudian diuraikan oleh satwa laut lain dalam rantai makanan. Misalnya hiu putih besar.
Namun ada juga paus yang bergerak mendekati pantai dan kemudian mati. Ada beberapa alasan mengapa ia melakukannya, teman-teman.
Kondisi Tubuh Sakit: Saat sakit, kemungkinan ia jadi terganggu dan menjadi mendekati pantai. Paus yang ukurannya besar juga bisa terluka karena tergores benda-benda di laut seperti kapal.
Baca Juga : Perubahan Iklim Akan Mengubah Warna Laut, Apa Sebabnya?
Cuaca Buruk: Saat terjadi cuaca buruk seperti badai, paus bisa terdorong jauh dari 'jalan' yang harusnya ia lewati.
Sonar Terganggu: Paus menggunakan ekolokasi unuk menuju tempat migrasi, atau menemukan makanan. Sonar miliknya bisa terganggu oleh aktivitas manusia yang juga menggunakan sonar.
Mengikuti Mangsa dan Lumba-Lumba: Mangsa yang erpindah terlalu dekat dengan pantai juga bisa membuat paus terdampar. Selain itu paus juga mengikuti lumba-lumba untuk menghindari ancaman. Namun lumba-lumba bisa berenang di air dangkal, sementara paus tidak bisa.
Namun, penyebab paus terdampar bisa berbeda-beda, teman-teman. Polusi yang terjadi di laut juga bisa jadi pemicunya paus jadi sakit, lo.
Kondisi Paus Terdampar
Teman-teman mungkin juga masih ingat dengan paus kepala kotak yang terdampar di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Saat itu, kondisi perut paus ini terbuka dan isinya terlihat.
Inilah yang terjadi setelah paus terdampar. Yaitu bagian tubuhnya 'meledak'.
Saat hewan seperti paus mati, organisme di dalam tubuhnya masih hidup, teman-teman.
Mikroba yang masih hidup ini ada di dalam saluran pencernaan paus. Mikroba mulai berkembang biak sesaat setelah jantung paus berhenti berdetak.
Baca Juga : Ubur-ubur Surai Singa, Panjangnya Bisa Seperti Paus Biru, lo!
Ini adalah tanda dimulai proses dekomposisi atau penguraian. Proses ini berbeda-beda, terganung pada kondisi paus.
Misalnya tipe mikroba dan makanan di perut dan pencernaan, penyebab kematian, dan bekas gigitan hewan lain.
Saat berkembang biak, mikroba mengkonsumsi oksigen di dalam tubuh paus, kemudian ia mengeluarkan gas seperti metana atau hidrogen sulfida.
Setelah proses ini terjadi, tubuh paus membengkak karena gas tersebut tidak bisa keluar.
Kondisi lingkungan juga memengaruhi kondisi jasad paus.
Gas dari mikroba semakin meningkat jika paus terdampar di pantai yang suhu udaranya tinggi. Sehingga perutnya membengkak ini bisa 'meledak'.
Berbeda dengan paus yang mati di air. Suhu air yang dingin memperlambat aktivitas bakteri dan pembusukan jasad paus.
Baca Juga : Hiu Paus Itu Sebenarnya Hiu atau Paus, ya? Kita Cari Tahu, yuk!
Yuk, lihat video ini juga!
Source | : | animalwised.com,Whale Facts |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Avisena Ashari |
KOMENTAR