Bobo.id - Indonesia memiliki dua musim yang berlangsung setiap tahunnya, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Namun negara-negara lain memiliki empat musim, yaitu musim gugur, musim semi, musim dingin, dan musim panas.
Sesuai namanya, saat musim kemarau sedang berlangsung, maka Matahari akan bersinar dengan terik dan membuat suhu menjadi lebih panas dari biasanya.
Sedangkan saat musim hujan, awan akan menurunkan air dalam jumlah yang beragam dan kita sebut sebagai hujan.
Baca Juga : Wah, Ada 50 Miliar Planet Tanpa Bintang Induk di Galaksi Bimasakti!
Hujan yang turun di Bumi akan membuat cuaca menjadi lebih dingin, nih, teman-teman, terlebih jika hujan terjadi di malam hari.
Selain di Bumi, beberapa planet lain seperti Mars juga diketahui pernah mengalami hujan yang turun.
Nah, selain di Bumi dan planet-planet lainnya, ternyata benda langit terpanas, yaitu Matahari, juga mengalami hujan, lo, teman-teman.
Seperti apa, ya, hujan yang terjadi di matahari? Apakah berupa tetesan air seperti hujan yang turun di Bumi?
Turun Hujan di Matahari
Bumi dan Matahari memiliki karakteristik yang berbeda, teman-teman, sehingga hujan yang turun juga berbeda.
Hujan yang turun di Bumi berupa tetesan air, es, maupun salju yang bisa membuat suhu udara menjadi lebih dingin.
Sedangkan hujan yang turun di Matahari berupa hujan plasma yang menjelaskan kenapa Matahari mempunyai permukaan yang lebih panas dibandingkan bintang.
Hujan yang terjadi di Matahari tidak berbentuk tetesan air, melainkan mirip roda berputar dan tetesan plasma panas yang berasal dari atmosfer luar Matahari atau korona lalu ke bawah menuju permukaan bintang.
Baca Juga : Hujan Meteor Lyrid Akan Datang di Bulan April, Catat Tanggalnya!
Hujan di Matahari Menurunkan Plasma Panas
Untuk mengetahui hujan yang terjadi di Matahari, NASA menggunakan teleskop beresolusi tinggi, yaitu Solar Dynamics Observatory yang menunjukkan bahwa hujan di matahari sebenarnya hampir mirip dengan hujan yang terjadi di Bumi, lo.
Meskipun mirip, ada beberapa hal yang membedakan hujan di Matahari, terutama dari suhunya yang sangat tinggi.
Hujan plasma yang terjadi di matahari mempunyai suhu yang sangat panas, bahkan mencapai jutaan derajat Celcius, nih, teman-teman.
Plasma adalah gas bermuatan listrik dan bisa melacak garis-garis medan magnet yang muncul di permukaan Matahari.
Nah, menurut para ahli, suhu plasma yang menghujani matahari suhunya bisa mencapai 1 juta derajat Celcius! Wah, panas sekali, ya?
Akibatnya, plasma yang sangat panas ini bisa memperluas area medan magnet dan berkumpul di struktur puncak Matahari.
Baca Juga : Walau Sama Besar, Ternyata Andromeda dan Bimasakti Usianya Berbeda
Hujan plasma ini nantinya akan menyebabkan hujan korona yang terjadi saat plasma mendingin dan mengembun, lalu gravitasi akan menariknya ke bawah hingga menciptakan hujan di korona.
Dari penelitian yang dilakukan, para ahli memperkirakan hujan plasma yang terjadi di Matahari mempunyai ketinggian yang bisa mencapai 48.000 kilometer.
Karena hujan plasma yang terjadi pada lapisan puncak Matahari, peneliti yakin bahwa hujan plasma inilah yang menyebabkan terjadinya pemanasan korona.
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR