Bobo.id - Selain demam berdarah, penyakit lain yang disebabkan oleh nyamuk adalah malaria, akibat parasit yang dibawa oleh nyamuk Anopheles betina.
Selama ini, penyakit malaria dianggap sebagai salah satu penyakit yang berbahaya, bahkan pada 2017, sebanyak 219 juta orang di seluruh dunia mengalami penyakit malaria.
Sayangnya, 435.000 orang meninggal karena penyakit malaria yang menyerang, nih, teman-teman.
Malaria dianggap berbahaya karena bisa menyebabkan penurunan ketahanan tubuh secara drastis dalam waktu yang cepat pada penderitanya.
Baca Juga: Malaria Tropika Dikenal Sebagai Malaria yang Paling Ganas, Kenapa?
Tidak hanya itu, ada beberapa jenis malaria yang berbahaya karena menyebabkan penderitanya penjadi resisten atau tahan terhadap pengobatan yang dilakukan.
Nah, untuk mengatasi penularan penyakit berbahaya ini, para ilmuwan sudah menemukan vaksin malaria pertama, teman-teman.
Vaksin Malaria Pertama
Peneliti baru saja menciptakan vaksin yang disebut sebagai vaksin malaria pertama dan diberi nama vaksin RTS,S.
Dengan vaksin ini, diyakini bisa memberikan perlindungan sebagian bagi anak-anak agar memperkecil kemungkinan tertular penyakit malaria.
Hal ini disebabkan karena pemberian vaksin tersebut bisa melatih sistem kekebalan tubuh untuk menyerang parasit penyebab penyakit malaria yang menyebar melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Dari uji coba awal yang sudah dilakukan dalam skala kecil, menunjukkan bahwa hampir 40 persen anak-anak usia lima sampai 17 tahun terlindungi dari malaria setelah menerima vaksin RTS,S.
Baca Juga: Apakah Berbahaya Jika Tidur Sambil Mendengarkan Musik? #AkuBacaAkuTahu
Vaksin Malaria Diuji Coba di Tiga Negara Afrika
Berdasarkan laporan tahunan terbaru pada malaria, penyakit ini tidak mengalami penurunan jumlah penderita. Padahal sebenarnya penyakit malaria bisa dimusnahkan dalam satu dekade atau sepuluh tahun.
Hal ini membuat penyakit yang banyak terjadi di Afrika dan Asia ini dikhawatirkan bisa menjadi penyakit yang menyerang banyak orang lagi.
Bahkan lebih dari 90 persen korban meninggal dunia dan 435.000 orang yang meninggal karena malaria berada di Afrika, khususnya menyerang anak-anak.
Itulah sebabnya uji coba vaksin malaria dalam skala atau jumlah besar akan dilakukan pertama kali di salah satu negara di Afrika, yaitu Malawi.
Namun uji coba vaksin malaria tidak hanya dilakukan di Malawi saja, nih, teman-teman, tapi juga dilakukan di dua negara lainnya, yaitu Kenya dan Ghana.
Ketiga tersebut dipilih untuk menerima uji coba vaksin malaria yang pertama karena meskipun sudah dilakukan program untuk mengatasi malaria, seperti pemasangan kelambu tidur, jumlah kasus penyakit malaria tetap tinggi.
Pengembangan Vaksin Malaria Dilakukan Selama Lebih dari 30 Tahun
Untuk menghasilkan vaksin yang bisa mencegah penyakit malaria, ternyata peneliti membutuhkan waktu lebih dari 30 tahun untuk mengembangkan vaksin RTS,S ini, lo.
Baca Juga: Hindari Makan Sambil Berdiri, Bisa Menganggu Sistem Pencernaan, lo
Para ilmuwan yang merupakan ilmuwan dari sebuah perusahaan obat mulai mengembangkan vaksin RTS,S pada 1987 yang lalu.
Bersama dengan beberapa organisasi serta koordinasi dai Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, vaksin RTS,S akhirnya berhasil dibuat dan dianggap bisa menjadi perlindungan pertama bagi anak-anak terhadap malaria.
Meskipun tingkat keampuhan dari vaksin ini hanya sekitar 40 persen saja, diharapkan vaksin RTS,S akan menambah langkah pencegahan yang sudah dilakukan.
O iya, vaksin ini harus diberikan sebanyak empat kali, yaitu sebulan sekali selama tiga bulan dan pemberian terakhir adalah 18 bulan kemudian dari pemberian ketiga.
Uji coba vaksin RTS,S ini rencananya akan selesai dilakukan pada tahun 2023 mendatang, teman-teman.
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR