Mendengar keputusan itu, penduduk negeri Lima, demikian nama negeri itu, mengeluh, "Lagi-lagi Raja Konig mengeluarkan undang-undang yang aneh. Lalu jika kita tertimpa bencana atau malapetaka, apakah kita tak boleh bersedih hati atau menangis. Terlalu raja kita ini."
Sejak saat itu penduduk negeri Lima, tampak bergembira ria. Sebenarnya tak semua penduduk bergembira, tetapi mereka harus selalu berpura-pura gembira. Jika seseorang bersedih hati atau menangis, ia harus segera bersembunyi. Kalau tidak pastilah dia akan ditangkap dan dipancung. Ah, sungguh kejam Raja Konig ini.
Baca Juga: Serunya Berpetualang Mengenal Alam Bersama Adventure Kids di Bogor!
Pada suatu hari datanglah seorang wanita tua menjual bunga. Ia berjualan tepat di samping pintu gerbang kerajaan. Setiap pagi jika Raja Konig berjalan-jalan, ia selalu melihat bunga-bunga yang dijual itu layu dan tampak sedih.
Seminggu kemudian, bunga-bunga yang dijajakan tetap saja seperti semula. Raja Konig lalu menghampiri Nenek penjual Bunga dan bertanya, "Hal, Nenek mengapa kau menjual bunga yang sudah layu? Apakah kau tak mempunyai bunga-bunga yang segar? Tak tahukah kau bahwa semua orang di negeri ini harus gembira ria. Jika kau menjual bunga seperti ini, aku takut rakyatku akan bersedih hati," Raja Konig menegur Nenek Penjual Bunga.
Baca Juga: Berbeda dengan Bumi, Permukaan Bulan Dipenuhi Kawah Berbagai Ukuran
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR