Bobo.id - Apakah teman-teman sudah pernah menonton film Finding Dory?
Film keluaran Disney ini bisa dikatakan sebagai sekuel atau lanjutan dari film Finding Nemo.
Finding Nemo sendiri dirilis pada 2003 lalu, sedangkan Finding Dory dirilis pada 2016 lalu.
Baca Juga: Bertemu Langsung dengan Para Aktor di Legend Hero Meet the Actors, Siapa yang Datang?
Dalam kedua film ini, diceritakan bahwa Dory, si ikan berwarna biru, sering sekali lupa, bahkan dengan hal-hal yang baru saja dialaminya.
Maka itu, Dory sering memperkenalkan diri denga mengatakan bahwa ia menderita short-term memory loss.
Nah, ternyata penyakit ini tidak hanya ada di dalam film, tapi juga di kehidupan nyata, lo! Seperti apa, ya?
Baca Juga: 5 Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Minum Obat agar Lebih Ampuh
Memori Jangka Pendek
Short-term memory atau memori jangka pendek disebut juga sebagai memori aktif atau memori dasar.
Memori ini disimpan di dalam otak, tepatnya di bagian otak depan atau yang sering disebut sebagai frontal lobe.
Pada dasarnya, semua peristiwa atau kejadian yang dialami dalam waktu 30 detik sampai beberapa hari ke depan akan disimpan dalam memori tersebut.
Baca Juga: Intip Kegiatan Seru Para Pemeran Legend Hero saat di Rumah Bobo, yuk!
Seseorang yang mengalami gangguan memori jangka pendek akan sulit mengingat peristiwa yang baru saja terjadi, seperti Dory.
Orang yang mengalami hal seperti ini kadang disebit sebagai orang yang pelupa.
Namun, gangguan memori jangka panjang ini lebih dari sekadar lupa, teman-teman.
Penyebab Terjadinya Gangguan Memori Jangka Pendek
Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang mudah mengalami gangguan memori jangka pendek?
Baca Juga: Atmosfer Bumi Bisa Membakar Benda Langit, Mengapa Pesawat Antariksa Tidak Terbakar?
Jawabannya banyak. Mulai dari medis, psikologis, kondisi tubuh, cedera, hingga gaya hidup.
Yap, ada banyak faktor yang menyebabkan hilangnya ingatan, baik itu yang lupa sesekali maupun kasus hilangnya memori jangka pendek.
Faktor-faktor tersebut di antaranya, penggunaan obat-obatan, kurang tidur, stres, depresi, kurang nutrisi, stroke, dan demensia.
Menurut penelitian, short-term memory loss akan terjadi seiring bertambahnya usia seseorang.
Baca Juga: Pernah Melihat Kucing Mengeluarkan Air Mata? Ternyata Itu Bukan Tanda Sedih, lo!
Namun, hal ini juga dapat dialami oleh orang usia muda, termasuk anak-anak, karena brain overload.
Brain overload terjadi ketika informasi yang diterima otak terlalu banyak atau penuh sehingga otak mengalami gangguan memori.
Hal Kecil yang Sering ‘Terlupakan’
Dalam kehidupan nyata, tak sedikit orang yang sering mengalami gangguan memori sehingga ia lupa akan suatu hal.
Baca Juga: Berencana Berkunjung ke Singapura? Coba 5 Makanan Khasnya, yuk!
Misalnya kita sedang berada di kamar, lalu ingat sesuatu dan berlari ke dapur.
Namun, di dapur, kita malah bingung dan tiba-tiba lupa dengan hal yang ingin dilakukan.
Hal yang "terlupakan" itu biasanya akan diingat kembali jika kita pergi ke kamar lagi dan mengulangi aktivitas yang tadi dilakukan.
Apa yang Harus Dilakukan?
Banyak cara bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan memori. Salah satunya dengan menerapkan pola hidup sehat.
Baca Juga: Ingin Mengunjungi Pura di Bali? Ini Etika yang Harus Diperhatikan
Pola hidup sehat ini di antaranya rajin berolahraga dan mengonsumsi asupan nutrisi yang dibutuhkan otak.
Cara lain untuk meminimalisir risiko akibat gangguan memori adalah memanfaatkan buku agenda untuk mencatat hal-hal penting.
Kita juga harus disiplin dalam menempatkan barang-barang ke tempat semula dan tidak asal meletakkannya.
Namun, jika dampak gangguan memori sudah mengganggu aktivitas, maka tak ada salahnya untuk pergi ke dokter.
Baca Juga: Baru Pertama Kali Pelihara Kucing? Begini Cara Memberi Makan Kucing
(Penulis: Hotria Mariana)
Lihat video ini juga, yuk!
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR