“Huh, Manda, kok, marah, sih? Curiga, kan, boleh!” gerut Mita setiba di rumah. Rasa marahnya belum hilang. “Huh, aku curhat sama Mila saja!”
Mita lalu menelpon Mila, saudara perempuannya yang tinggal di kota lain. Dengan cepat, Mita bercerita kepada sepupunya itu. Mila bertanya di seberang telepon, “Maksudmu, tadinya kamu punya sehelai pita panjang? Sekarang, setengahnya hilang?”
“Iya! Kamu ingat, engga? Tante Tania pernah kasih aku pita yang panjang banget!” seru Mita.
“Ya, iyalah, aku ingat. Pita itu kamu potong jadi dua. Terus, kamu kasih ke aku…”
Baca Juga: Apakah Manusia Sudah Ada saat Dinosaurus Hidup di Bumi Jutaan Tahun Lalu?
Mita tertegun. Pikirannya langsung ingat saat liburan sekolah dua bulan lalu. Mila menginap beberapa hari di rumahnya. Ia senang sekali. Oleh-oleh Tante Tania ia tunjukkan, lalu mereka berbagi.
“Halo..” terdengar suara di seberang sana.
“Eh.. aku lupa sudah memberimu setengah pita itu…”
“Ya, ampuuun! Kamu lupa sudah kasih ke aku?” Suara Mila terdengar melengking. “Kamu harus minta maaf..”
“Ya, ya… Daa, daa, nanti kutelpon lagi.” Mita menutup telepon. Ia berlari ke garasi, mengambil sepedanya.
Baca Juga: Bagaimana Air Bisa Mengalirkan Listrik dan Membuat Tersetrum?
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR