"Mengapa Ibu begini kejam padaku? Apakah Ibu tidak saying padaku?" tanyanya dalam hati. Ketika pagi tiba, ia membuka bekalnya untuk memakan kue serabi. Dikaguminya kue serabi buatan ibunya. Lembut, sama bentuk, dan harum baunya. Can Syek Bong merasa malu.
"Ibu dapat menjalankan pekerjaannya di dalam gelap gulita. Tetapi aku tidak. Tidak salah jika Ibu menyuruh aku kembali ke kota Kaesong. Masih banyak yang harus aku pelajari di sana. Agar aku berhasil menjadi orang seperti ibuku yang pandai membuat serabi," pikirnya pula.
Baca Juga: Bukan Hanya Feromon, Senyawa Ini Juga Bantu Semut Berkomunikasi
Dimakannya kue serabi itu dengan nikmat. Lalu ia melanjutkan perjalanannya.
Lima tahun tidak terasa berlalu sudah.
Suatu malam sang Ibu mendengar suara langkah kaki di depan pondoknya. Dibukanya pintu dan tampaklah Can Syek Bong di muka pintu. Walau terlihat lelah, wajahnya penuh kegembiraan.
"Sekarang aku sudah menguasai semua ilmu itu, Ibu!" serunya. "Masuklah dan akan engkau buktikan," kata ibunya. Diberinya anaknya kertas, tinta dan kuas. Lampu dipadamkan. Belum sempat ibunya menemui anaknya, terdengar panggilan.
Baca Juga: Susu Berwarna Putih Secara Alami, Kenapa Susu Warnanya Putih, ya?
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Penulis | : | Sarah Nafisah |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR