Bobo.id - Tumpukan sampah, terutama sampah plastik menjadi ancaman utama bagi berbagai makhluk hidup, termasuk makhluk laut.
Untuk bisa terurai, sampah plastik membutuhkan waktu lama, bahkan ada sampah plastik yang sudah puluhan tahun tidak bisa terurai, nih.
Sayangnya, sampah plastik ini dapat dengan mudah terbawa atau hanyut ke laut sehingga mencemari laut dan ekosistem yang ada di dalamnya.
Sampah yang hanyut ini bahkan membuat terciptanya timbunan sampah terbesar di Samudera Pasifik, yaitu The Great Pacific Garbage Patch atau Pulau Sampah Pasifik Besar.
Baca Juga: Tidak Hanya Manusia, Paus Beluga Juga Melestarikan Tradisi Leluhurnya
Karena letaknya yang ada di lautan, tempat sampah besar ini pun rentan didatangi oleh berbagai makhluk laut.
Salah satunya adalah sekelompok paus yang terlihat berenang di The Great Pacific Garbag Patch.
Adanya paus yang berenang di tempat ini merupakan pertama kalinya terjadi dan dilihat oleh para ilmuwan.
Kira-kira, apa yang menyebabkan sekelompok paus ini berenang ke tempat sampah terbesar ini, ya?
Sekelompok Paus Ditemukan Berenang di The Great Pacific Garbage Patch
Untuk pertama kalinya, para ahli biologi melihat adanya sekelompok paus yang berenang di tumpukan sampah plastik yang ada di The Great Pacific Garbage Patch.
Sekelompok paus ini terdiri dari empat paus kepala kotak termasuk induk dan anaknya, tiga paus berparuh, dua paus balin, dan lima mamalia laut lainnya.
Mengingat perairan ini dipenuhi oleh sampah, kedatangan sekelompok paus ini menjadi hal yang mengkhawatirkan, nih, teman-teman.
Empat belas ekor mamalia laut ini ditemukan pada bangkai kapal peninggalan perang Vietnam yang ada Samudera Pasifik menggunakan infra merah.
Baca Juga: Terkenal Pemalu, Ternyata Burung Ini Punya Suara Merdu, Burung Apa?
Nah, dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, sekelompok paus ini diperkirakan sudah terpengaruh oleh sampah plastik, baik karena terjerat atau tidak sengaja menelan pastik.
Awalnya, peneliti tidak sengaja menemukan keberadaan mamalia laut ini saat akan menghitung sampah plastik yang ada di timbunan sampah plastik terbesar di laut ini.
Para peneliti berhasil mendeteksi adanya 1.280 potong plastik yang berukuran lebih dari 50 sentimeter dan termasuk mikroplastik lainnya.
Baca Juga: Kantong Besar Paruh Burung Pelikan Bukan untuk Menyimpan Makanan
Tahukah kamu? Timbunan sampah yang ada di The Great Pacific Garbage Patch ini bukan hanya tempat pembuangan akhir di tengah lautan saja.
Tempat ini juga menjadi area umum dengan tingkat pencemaran plastik yang tinggi.
The Great Pacific Garbage Patch, Tempat Sampah Plastik di Lautan
Saat sampah, terutama sampah plastik sudah terbawa ke perairan, maka akan semakin sulit untuk terurai.
Sampah plastik yang ada di lautan hanya akan terpecah menjadi potongan kecil atau mikroplastik karena suhu, gelombang laut, dan kehidupan laut.
Nah, Samudera Pasifik ternyata menjadi salah satu tempat berakhirnya berbagai sampah plastik.
Lokasi ini disebut sebagai The Great Pacific Garbage Patch (GPGP) yang terletak di antara Hawaii dan California.
Baca Juga: Hati-Hati, Ikan Menyerupai Batu Karang Ini Punya Racun Berbahaya!
Diperkirakan, massa plastik yang ada di GPGP berjumlah 80.000 ton dan jumlah ini empat sampai 16 kali lebih banyak dari penghitungan sebelumnya.
Ada berbagai jenis sampah plastik yang ada di GPGP, mulai dari plastik yang keras dan berupa lembaran, gelas, sampai tali dan jaring ikan untuk memancing.
Selain itu, ukuran dari sampah plastik yang ada di sini juga beragam, lo. Mulai dari yang berukuran kecil atau mikroplastik berukuran 0,05 sampai 0,5 sentimeter hingga yang berukuran besar, yaitu di atas 50 sentimeter.
Baca Juga: Wah, Ternyata Tidak Semua Hewan dan Tumbuhan Bisa Dibudidayakan oleh Manusia
Tempat sampah plastik yang ada di laut ini tentu menimbulkan berbagai efek, terutama bagi kehidupan laut.
Banyak hewan laut yang bisa mati karena mengira sampah plastik yang ada di laut adalah makanannya.
Bahkan saat ini diperkirakan terdapat 180 kali lebih banyak plastik dibandingkan makanan di permukaan The Great Pacific Garbage Patch.
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Tyas Wening |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR