Bobo.id – Virus 2019 n-CoV atau virus korona yang ditemukan di Wuhan, Tiongkok, awal tahun ini memengaruhi banyak hal, teman-teman.
Virus yang berasal dari hewan itu cepat menyebar dari pasien yang terinfeksi ke orang lain, hingga penduduk negara selain Tiongkok.
Bukan hanya di bidang kesehatan, coronavirus yang menyebabkan penyakit COVID-19 ini juga memengaruhi bidang kesehatan dan lingkungan, baik di Tiongkok maupun negara sekitarnya.
Kita cari tahu, yuk!
Baca Juga: Coronavirus Sedang Merebak di Tiongkok! Dari Mana Asal Virus Itu, ya?
Pengaruh Coronavirus 2019-nCoV pada Lingkungan
Merebaknya coronavirus 2019-nCoV di Tiongkok memiliki dampak bagi lingkungan di sana.
Menurut Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih di Finlandia, emisi karbon di Tiongkok menurun sebesar 100 juta metrik ton selama dua minggu terakhir.
Kok, bisa, ya? Rupanya ini karena permintaan batu bara dan minyak di Tiongkok menurun, sehingga emisi karbon juga menurun.
Tiongkok merupakan pengimpor dan konsumen minyak terbesar di dunia, namun fenomena virus korona yang menyebar itu menyebabkan permintaan menurun, jika dibandingkan waktu yang sama di tahun sebelumnya.
Selain itu, emisi nitrogen karbon dioksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan dan pembangkit listrik juga menurun di Tiongkok.
Penyebaran virus korona memang bertepatan dengan masa perayaan Imlek di Tiongkok, teman-teman.
Biasanya, perayaan Imlek di Tiongkok berlangsung dengan meriah. Namun berbeda dengan tahun ini.
Untuk mencegah penularan virus 2019-nCoV, pemerintah meminta penduduk tetap berada di rumah.
Aktivitas masyarakat yang berkurang itulah yang memengaruhi berkurangnya polusi udara di sana.
Baca Juga: Bagaimana Awalnya Pariwisata di Bali Jadi Sangat Terkenal di Dunia?
Pengaruh Coronavirus 2019-nCoV pada Pariwisata
Perjalanan ke Tiongkok dan dari Tiongkok langsung dijaga ketat setelah virus korona dari Wuhan menjangkit banyak orang.
Tapi, negara-negara lain juga menemukan kasus warganya terjangkit virus korona 2019-nCoV, terutama yang baru saja bepergian dari Tiongkok, misalnya seperti Singapura dan Jepang.
Ini membuat banyak orang yang akan bepergian ke negara itu jadi berkurang, lo.
Di Singapura misalnya, banyak turis yang akan mengunjungi Singapura tidak jadi terbang karena khawatir bisa tertular vrus.
Selain Singapura, banyak juga orang yang tidak jadi bepergian ke negara Asia sekitarnya, seperti Thailand.
Di Jepang, tempat wisata yang biasanya dipenuhi oleh turis juga jadi sepi, nih.
Pada penjaga toko dan tempat wisata di Kyoto menyebutkan bahwa saat ini adalah saat di mana jumlah turis paling menurun dalam 30 tahun.
Biasanya di Kyoto ratusan rombongan tur mengunjungi kuil Fushimi Inari Taisha, namun akhir-akhir ini hanya beberapa saja.
Para pengelola tempat wisata pun membuat kampanye dengan memotret tempat-tempat wisata yang terlihat lengang untuk menarik pengunjung.
嵐山おもてなしキャンペーン
— 嵯峨嵐山おもてなしビジョン推進協議会 (@sagaarashiyamao) February 14, 2020
~スイてます嵐山・今こそ!おこしやす~
嵐山の5つの商店街が合同でキャンペーン。
比較的閑散期でもあり、またコロナウィルスの影響で通常より来訪者が少ない今!
ゆったりと嵐山を訪問してもらい、各お店もいつも以上のおもてなしの心でお迎えするキャンペーン pic.twitter.com/ZoQtE8PR0M
Ternyata ada banyak hal yang terpengaruh dari merebaknya virus korona ini, ya, teman-teman.
Baca Juga: Ada Cara Lebih Baik untuk Mencegah Penyebaran Virus Korona Selain Memakai Masker, Apa Saja?
Lihat video ini juga, yuk!
Source | : | Business Insider,Science Alert |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR