Bobo.id – Apakah teman-teman pernah tersandung benda keras? Misalnya seperti kaki meja atau daun pintu.
Bagian jari kaki yang tersandung benda keras itu biasanya terasa nyeri.
Padahal, jika bagian tubuh lain yang terkena benda keras dengan tidak sengaja, biasanya tidak sesakit jika jari kaki tersandung benda yang keras.
Kok bisa begitu, ya? Ternyata ada penjelasannya, lo!
Mengapa Tersandung Benda Keras di Bagian Jari Kaki Terasa Sangat Sakit?
Menurut Science Insider, ketika bagian jari kaki tersandung, jari kaki menyandung dengan tekanan sebesar 2 hingga 3 kali berat badan kita.
Nah, jari kaki kita memiliki permukaan yang sempit. Ini membuat tekanan yang besar itu tidak bisa disebarkan.
Akibatnya, rasa sakit hanya terkonsentrasi pada titik yang tersandung tadi.
Ini juga menjelaskan mengapa akan terasa lebih sakit ketika jari kaki tidak sengaja menginjak benda tajam yang kecil, seperti duri, dibandingkan benda yang lebih lebar.
Baca Juga: Badan Lelah Padahal Tidak Kerjakan Apa-Apa? Bisa Jadi Karena Kurang Gerak! Ini Tandanya
Penyebab Rasa Sakit Saat Tersandung Bertahan Lebih Lama
Jempol kaki memang terasa sakit ketika tersandung, namun rasa sakit yang berdenyut-denyut kemudian muncul.
Nah, rasa berdenyut inilah yang biasanya terasa membuat jari kaki semakin sakit.
Ini karena ketika jari kaki tersandung, ternyata di dalamnya ada ikatan ujung saraf khusus.
Bagian ujung saraf itu namanya nociceptors, teman-teman.
Kemudian, ikatan saraf-saraf penerima itu mengirimkan sinyal rasa sakit sekaligus. Sebagian sinyal juga berjalan lebih cepat dibandingkan sinyal lain.
Saraf penerima yang lebih cepat itu namanya a-delta nociceptors.
Saraf a-delta nociceptors mengirimkan sinyal gelombang pertama yang bergerak dengan kecepatan 20 meter per detik. Wah, ngebut sekali!
Sinyal yang cepat itu dikirimkan melalui jaringan saraf itu akhirnya sampai ke otak dengan segera.
Kiriman sinyal itu yang membuat seseorang yang tersandung kakinya merasakan sakit di waktu kakinya tersandung.
Tapi, jangan lupa bahwa ada saraf penerima yang mengiriman sinyal dengan gerakan lebih lambat, yaitu c nociceptors.
Baca Juga: Sensasi Pedas Cabai Berbeda dengan Sensasi Pedas Wasabi, Kok Bisa?
Sinyal dari saraf c nociceptors bergerak sekitar 2 meter per detik.
Namun, sinyal inilah yang baru sampai sesaat setelah rasa sakit yang pertama. Akhirnya, setelah tersandung, sensasi nyeri berdenyut pun bertahan lama.
Saraf Nociceptors di Tubuh
Di tubuh, sebenarnya ada saraf penerima nociceptors yang lainnya.
Namun, saraf penerima nociceptors yang paling padat ada di bagian tubuh seperti ujung-ujung jari kaki dan tangan, juga bibir.
Bagian tubuh itu adalah bagian tubuh yang kita gunakan untuk mengenal benda dan lingkungan di sekitar kita.
Ini juga alasan mengapa jari yang tergores kertas dan bibir yang mengelupas terasa sangat sakit.
Sebenarnya, nociceptors di jari kaki tidak sebanyak di jari tangan.
Tapi, karena tidak ada terlalu banyak lapisan untuk meredam benturan di jari kaki, sangat mudah untuk membuat nociceptors di sana mengirimkan sinyal rasa sakit.
Baca Juga: Pernah Luka Tergores Kertas? Mengapa Luka Tergores Kertas di Jari Terasa Perih?
Rasa Sakit yang Berguna bagi Tubuh
Menurut peneliti, rasa sakit dari sinyal nociceptors ke otak itu berguna bagi nenek moyang manusia zaman dulu.
Sebelum ditemukan antibiotik, luka yang terjadi di tubuh bisa menyebabkan infeksi yang berbahaya.
Nah, bayangkan kalau luka itu terjadi di kaki. Padahal, kaki sering menginjak permukaan yang kotor atau bahkan dihinggapi bakteri.
Sehingga, rasa sakit itu mengingatkan manusia zaman dulu untuk berhati-hati agar tidak menginjak atau tersandung benda yang membuat kakinya luka dan sakit.
Gen itupun diturunkan sampai pada manusia sekarang, teman-teman.
Yuk, lihat video ini juga!
-----
Teman-teman, kalau ingin tahu lebih banyak tentang sains, dongeng fantasi, cerita misteri, dunia satwa, dan komik yang kocak, langsung saja berlangganan majalah Bobo, Mombi SD, NG Kids dan Album Donal Bebek. Caranya melalui: www.gridstore.id
Atau teman-teman bisa baca versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di ebooks.gramedia.com
Source | : | Science Insider |
Penulis | : | Avisena Ashari |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR